(Guru RA Asy-syuhada`
Pamekasan)
Dinda
adalah mahasiswi semester akhir di sebuah peguruan tinggi ternama di Pamekasan.
Dia lahir dari keluarga polisi yang moderat. Ayah dan abangnya adalah polisi
lalu-lintas yang bertugas di wilayah kerja kota Pamekasan. Sementara ibunya
adalah seorang ibu rumah tangga yang selalu mencurahkan kasih sayang dan perhatian lebih kepada Dinda. Perjalan hidupnya beranjak dewasa, Dinda mempunyai pacar seorang anggota polisi. Namanya
Denny. Dia adalah sahabat karib Bang Rizal, kakak Dinda. Dia juga anak buah kesayangan
ayahnya di satuan polisi lalulintas. Hidup Dinda nyaris sempurna karena
dikelilingi orang-orang yang penuh dengan kasih sayang. Disamping itu dia juga mempunya sahabat deket yang selalu
memberinya semangat dalam menjalani hidupnya. Lebih-lebih dalam hal agama. Namanya Nadia.
Ilmu agama Dinda sangat jauh dibawah Nadia, bisa dibilang mereka seperti dua kutub
maghnet yang saling bertolak belakang. Dinda memiliki sifat yang lebih bebas
dan keras kepala. Sementara Nadia lebih beradab dan lapang dada,
menyikapi persoalan hiidup dengan kepala dingin, tenang dan bijaksana. Namun perbedaan itu tidaklah menggoyahkan persahabatan mereka berdua, Nadia dan
Dinda selalu bersama menghadapi perbedaan itu. Nadia menyadari kondisi Dinda sehingga
Nadia sadar bagaimana dia harus menghadapi sahabatnya yang mungkin masih belum
terbuka hatinya untuk lebih memahami ajaran agama sebagaimana yang dia lakukan.
Khususnya ajaran yang isinya tentang pelarangan keras atas kedekatan dua anak
manusia di luar ikatan pernikahan. Karena sampai sekarang Dinda masih keukeuh
mempertahankan jalinan asmaranya dengan Denny meskipun udah berkali-kali Nadia mengingatkan
bahwa hal itu adalah perkara yang dilarang dalam agama.
Allah selalu punya rencana yang indah bagi hambaNya, Allah maha
membolak-balikkah hati manusia. Dinda memutuskan untuk hijrah setelah cahaya kebenaran tertanam
dalam hati kecilnya disaat Dinda mengikuti kajian rutin Remaja Masjid Pertemuan
singkat dalam majelis ilmu itu telah menggerakkan hati Dinda untuk sadar bahwa
apa yang telah dia lakukan selama ini adalah perbuatan yang salah dan dilarang
oleh agama. Hati Dinda berbalik Sembilan puluh derajat, tiada yang mengira dan percaya Dinda
mengambil keputusan
itu dalam waktu yang begitu singkat, rela putus dan kehilangan Denny, yang selama
ini menjadi peria sempurna dambaan hatinya.
Hari demi hari telah
berlalu, Dinda
mulai belajar banyak hal tentang agama. Dinda semakin aktif mengikuti kajian mingguan dan mengikuti acara sholawatan sampai larut malam. Selain itu, Dinda juga menambah
khazanah keilmuannya dengan membaca buku-buku agama yang akhirnya mengantarkan dia mengenal
sosok mengagumkan bernama Zidan. Sosok yang ternyata membuat Dinda semakin
yakin. Zidan merupakan ketua Remaja Masjid sekaligus sebagai pemateri pada
kajian mingguan yang Dinda ikuti. Jarum jam terus berputar semakin hari Dinda tidak dapat mengilak atas apa yang dia rasakan,
ternyata Dinda Filling In Love pada Zidan si anak Remas. Perasaan Dinda semakin dalam ketika Dinda
melihat Zidan melantunkan shalawat dalam Majelis shalawat yang dia ikuti
bersama Nadia teman akrabnya. Makin lengkap deh kekaguman Dinda kepda sosok Zidan. Semakin lama Dinda semakin gemar belajar agama. Keinginan untuk mempunyai calon suami yang juga satu visi dan satu misi dengannya dalam menjalankan
kehidupan di dunia semakin kokoh. Impiannya supaya bisa hidup bersama dalam ikatan
suci bersama Zidan semakin membara. Dinda yakin, Zidan adalah calon Imam dalam
hidupnya dan bagi anak-anaknya kelak.
Tapi ternyata impian Dinda harus terkubur
rapi dalam rasa penuh duka. Denny tiba-tiba datang bak angin berhembus kencang untuk
meminang, Dinda menjadi risau entah apa yang harus dilakukan oleh Dinda, antara
iya dan tidak. Orang tua Dinda tertama Ibunya sangat berharap Dinda menikah dengan lelaki yang selama ini dekat
dengan Dinda, begitu juga saudara Dinda. Sholat istikaharah bahkan Nasehat tokoh agama yang ahli dalam
jodoh yang sempat Dinda datangi tidak dapat memudarkan tekat sang ibu untuk
menyatukan Dinda dengan Denny. Dinda tidak lagi kuasa menolak permintaan ibunya untuk menerima pinangan
Denny. “ya Allah, Jika
memang restu ibu
adalah yang utama, maka perkenankanlah hubungan ini” ungkap Dinda. Pinanganpun berlalu, dinda menerima Denny
sebagai calon Imamnya dengan syarat pernikahan juga dilaksanakan pada malam
dimana pinangan itu dilaksanakan. Namun apalah daya, Dinda harus bersabar dalam rasa penuh iba
dalam massa yang cukup lama, harapannya tidak dapat terlaksana karena hal yang
tidak dapat terpenuhi sebagai syarat sahnya pernikahan.
Hubungan antara
Dinda dengan Denny berjalan mengikuti putaran waktu, Dinda tetap dalam
pendiriannya, supaya Denny dapat menjaga jarak antara keduanya sebelum ada
ikatan halal. “Tiada Gading Yang Tak Retak” begitulah kiranya yang
terjadi pada hubungan Dinda dengan
Denny. Tunas-tunas kekesalan yang akhirnya menimbulkan perselisihan tidak dapat
dihindari. Denny merasa
tidak dihiraukan oleh Dinda karena pesan-pesan yang dikirim melalui SMS atau WA
sering kali tidak dibalas, begitu pula disaat Denny mengajak untuk bertemu,
Dinda menolak ajakan Denny.
Denny merasa hubungannya seolah-seolah
hambar tanpa ungkapan dan wujud kasih-sayang sebagaimana yang ia rasakan dimasa
lalu. Sementara Dinda tidak menemukan dalam diri Denny sifat calon Imam
sebagaimana imam yang dia idamkan, imam yang dapat membimbing dirinya dan
anak-anaknya kelak. Hal inilah yang membuat Dinda putus asa, Dinda merasa Denny bukanlah
lelaki yang cocok untuk menjadi imam baginya.
Betapa bahagianya
Dinda, disaat dimana dia bersama teman-temannya memakai toga menunggu
detik-detik dilaksanakannya wisuda di kampus tercintanya. Angin segar
menghampiri daun telinga Dinda, Denny mengungkapkan perasaannya, bahwa hubungan
yang selama ini dibangun tidak dapat di lanjutkan. Hati Dinda sangatlah bahagia
karena Dinda akan diwisuda, disi lain Dinda harus bahagia dengan putusnya
hubungan antara Dinda dengan Denny. “Jodoh Memang Tidak Dapat Dipaksa”,
pertunangan Denny dengan Dinda akhirnya tinggal cerita. Dinda mulai membuka
lembaran baru, diawali dengan
perkenalannya dengan Anggi salah satu anggota remaja Masjid Agung yang juga teman sholawatan Dinda dan Nadia di majelis
Riyadlul Jannah Madura. Anggi mengajak Dinda untuk ta’aruf dengan salah seorang
temannya sesaat setelah Denny memutuskan pertunangannya, kebahagiaan ini tidak
dapat Dinda hindari, putus dengan lelaki yang bukan dambaan hatinya, lelaki
yang menurut Dinda tidak dapat menjadi Imam baginya, kemudian Allah tunjukkan
jalan menuju Imam hidupnya yang insya Allah sesuai dengan dambaan hatinya. Siapakah calon
imam bagi Dinda..? Imam yang dapat mengajari Dinda dalam ketidak
tahuannya, membimbng Dinda dalam kebimbangannya, mendidik anak-anaknya kelak
dimasa depan,………(Tobe Continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar