Search

Rabu, 13 Juni 2018

KHOTBAH IDUL FITRI 1439 H/ 2018 M ”Dengan Puasa Ramadhan Dan Idul Fitri Kita Bina Diri Kita Menjadi Muslim Paripurna Dan Kembali Kepada Fitrah”




Oleh:
Prof. DR. KH. ABDUS SHOMAD BUCHORI, MA.
( Ketua majelis ulama’ indonesia pusat bidang dakwah. Ketua umum majelis ulama’ indonesia jawa timur. Imam besar masjid nasional al-akbar surabaya. Pengasuh PP. Darus Syifa As-shomadiyah Sidoarjo. )
Di Masjid Agung Asy-syuhada` Pamekasan


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ- لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
الحَمْدُللهِ الّذِىْ اَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإيْمَانِ وَاْلْإسْلاَمِ وَ اَرْشَدَنَا سُبُلَ السَّلاَمِ-  أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً خَالِصَةً تُنْجِيْنَا مِنْ اَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ - وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ- الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعلَمِيْنَ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا- اللَّهُمَّ صَلّ وسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ و عَلىَ آله وصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللهُ أَكْبَرُـ اَللهُ أَكْبَرُـ اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ -اَللهُ أَكْبَرُ - لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً- لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ- صَدَقَ وَعْدَهُ- وَنَصَرَ عَبْدَهُ- وَأَعَزَّ جُنْدَهُ- وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ- لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
  
اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ , اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ, أَعُوذُ باللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ(الحشر:18)
وَقَالَ تَعَالى:... وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (البقرة:185),
وَقَالَ تَعَال: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ(البقرة:208),
وَقَالَ تَعَال: فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ(الروم:30), وَقَالَ رَسُوْلُ الّلهِ ﷺ مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ (رواه البخاري),
وَقَالَ رَسُوْلُ الّلهِ ﷺ لِابْنِ مسعود : اِنْ يُدْفَعْ عَنْ عُمْرِكَ فَسَيَأ تِيْكَ زَمَانٌ كَثِيْرٌ خُطَبَاؤُهُ قَلِيْلٌ عُلَمَاؤُهُ كَثِيْرٌ سُؤَّالُهُ قَلِيْلٌ مُعْطُوْهُ اَلْهَوَى قَائِدُاِلْعِلْمِ قَالَ مَتَى ذَالِكَ يَارَسُوْلَ الّلهِ, قَالَ اِذَا اُمِيْتَتِ الصَّلَوةُ وَقُبِلَتِ الرِّشْوَةُ وَكَثْرَةُ السُّرَّاطُ وَيُبَاعُ الدِّيْنُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا قَلِيْلٍ فَالنَّجَاءَ ثُمَّ النَّجَاءَ وَيْحَكَ ثُمَّ النَّجَاءَ (منهاج العابدين)

Ma'aasyiral muslimin rahimakumullah
Marilah kita selalu meningkatkan Iman dan Taqwa kita kepada Allah SWT. dengan melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan serta menjauhi semua larangan-larangan-Nya.
Disamping itu marilah kita mengucapkan syukur “Alhamdulillah” kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada kita sekalian, sehingga pada pagi hari ini kita bisa hadir di Masjid Agung           Asy-Syuhada’ ini dalam rangka melaksanakan Sholat Idul Fithri tahun 1439 H Dan rasa syukur kita itu juga, karena kita berhasil melaksanakan ibadah Puasa Ramadhan dengan segala aktifitas pendukungnya, yaitu antara lain : Sholat Tarawih, Witir, Tadarrus Al-Qur'an, mengikuti pengajian-pengajian dengan membaca kitab-kitab tertentu, mengikuti ceramah-ceramah Agama dan renungan Ramadhan, baik yang dilaksanakan pada acara buka bersama, pada Sholat Tarawih, dalam acara Nuzulul Qur'an, acara Khatmil Qur'an (selesai tadarrus Al-Qur’an), baik yang dilaksanakan di Masjid, Musholla-musholla, langgar, surau, rumah-rumah, perkantoran, maupun yang dilaksanakan di TV-TV pemerintah, swasta dan juga RRI dan non RRI, dan juga kegiatan i’tikaf di masjid-masjid pada waktu tengah malam dengan ditambah Shalatullail, dengan harapan semoga mendapatkan Lailatul Qadar, semoga seluruh amal kita diterima Allah SWT .
Dan hari ini kita memasuki Idul Fithri“ 1439 H led artinya kembali dan Fithri artinya suci. Hari ini merupakan kemenangan bagi kita semua, karena kita telah berhasil menaklukkan hawa nafsu kita yang selalu cenderung mengajak kepada kejahatan.
Maka dengan Puasa Ramadhan  kita bakar dan kita hancurkan dosa-dosa kita, sehingga kita menjadi bersih dan suci kembali. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :

إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ عَلَيْكُمْ وَسَنَنْتُ لَكُمْ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
Artinya :
Sesungguhnya Allah Azza Wajalla mewajibkan Puasa Ramadhan dan Aku (Rasulullah) mensunatkan Sholat malam harinya, Barang siapa berpuasa dan sholat malam dengan mengharap pahala (Ridlo) Allah. Maka kita keluar dari dosa-dosa-nya seperti bayi yang baru dilahirkan ibunya (HR. Ahmad)
Ma'aasyiral Muslimin Rohimakumullah,
Perkenankan saya dalam kesempatan ini menyampaikan Khuthbah dengan Tema :
”DENGAN PUASA RAMADHAN DAN IDUL FITHRI KITA BINA DIRI KITA MENJADI  MUSLIM PARIPURNA DAN KEMBALI KEPADA FITHRAH”
Landasan Tema ini bedasarkan firman Allah SWT Dalam Surat Al-Baqaroh Ayat 208 :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٢٠٨
Artinya:  
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(Al-baqarah :208)
Dan juga landasan firman Allah SWT. Dalam Surat Ar-Rum Ayat 30:
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٣٠
Artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (ar-Rum: 30)
Fithrah Allah SWT maksudnya ialah ciptaan Allah, artinya manusia diciptakan oleh Allah mempunyai naluri beragama, yaitu Agama Tauhid, kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah disebabkan pengaruh lingkungan dan pengaruh-pengaruh lain yang bersifat duniawi.
Ma'aasyiral Muslimin Rohimakumullah.
Ketahuilah bahwa manusia itu adalah makhluq yang mempunyai kedudukan mulia, tinggi dan istimewa. Kemuliaan, ketinggian, keistimewaan dan kehebatan manusia itu ada beberapa indikator, antara lain:
Pertama : Karena manusia mempunyai fisik, bentuk dan struktur yang terbaik, sehingga berbeda dengan makhluq yang lain, khususnya bila dibanding dengan binatang. Allah SWT. Berfirman dalam Surat  Al-Isro' Ayat 70.
وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا
٧٠
Artinya :
“ Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Al-Isro’: 70)
Dan juga Allah SWT berfirman. Dalam Surat At-Tiin Ayat 4 :
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ ٤
Artinya :
“Sesunggulinya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (at-Tiin:4)
Dalam tafsir Ibnu Katsir juz (bagian) keempat halaman 527 dijelaskan penafsiran kata-kata “fie ahsani taqwiim”, dengan kalimat “Fie ahsani shuuratin wasyaklin muntashibil qaamah"
فىْ أَحْسَنِ صُوْرَةٍ وَشَكْلٍ مُنْتَصِبِ الْقَامَةِ.

Artinya : “Struktur dan bentuk manusia itu adalah sebaik-baik rupa dan bentuk, yang berdiri tegak (jadi tidak merangkak seperti binatang), artinya berdiri tegak itu, kepala berada di atas dan kaki berada dibawah".
Oleh karena itu manusia harus bersyukur kepada Allah dengan mendudukkan diri sebagai makhluq terbaik, jangan sampai meniru akhlaq dan perilaku binatang.
Kedua : Karena manusia mempunyai jiwa dan rohani. Dengan jiwa dan rohani manusia mempunyai :
1)     Akal
2)     Ratio
3)     Perasaan
4)     Kemauan, dan
5)     Nafsu
Sehingga karena faktor Rohani dan Jiwa inilah, manusia disebut sebagai manusia dan menjadi makhluq yang lebih istimewa dan semakin jauh berbeda dengan binatang. Perbedaan antara akal dan ratio, maka akal lebih tinggi daripada ratio, karena di dalam akal ada pikir (ratio), namun mau menerima ajaran-ajaran kebenaran dan perasaan, sementara ratio (berpikir murni) kadang-kadang tidak mau menerima keimanan dan perasaan. Tetapi mengembangkan pikiran secara ratio (rasional) sangat penting, sebab akan menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh sebab itu mengembangkan ratio sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mutlak harus dibarengi dengan Iman.
Dalam hal ini Allah Swt berfirman dalam Surat Al-Mujadilah Ayat 11:


يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١

Artinya:
Allah akan meninggalkan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (al-Mujadilah ayat 11).
Ini berarti bahwa ratio (berpikir murni) dikembangkan terus tanpa kendali Iman, maka bisa menimbulkan paham ateis, matrialis dan sekular-liberal. Dan apabila ratio menghasilkan teknologi, juga tanpa Iman akan sangat berbahaya, karena teknologi itu ibarat pisau bermata dua, sehingga apabila kita tidak pandai menggunakannya, karena tanpa kendali maka akan menjadi boomerang menikam diri kita sendiri.
Mengingat pentingnya perasaan, akal dan ratio pada diri manusia, maka al-Qur’an telah menyebutkan tentang “akal”  (العقل) sebanyak 49 kali, sedang “fikr” (الفكر) atau ratio sebanyak 18 kali.
Kemudian dengan perasaan, manusia dapat menimbang-nimbang 'tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah, serta pantas atau tidak pantas. Dari sinilah akan timbul sikap toleransi dan solidaritas sosial dan gotong royong yang sangat tinggi. Dan dari sini pula akan lahir karya-karya manusia di bidang kesenian. Selanjutnya dengan adanya kemauan manusia didorong untuk berbuat sesuatu bersifat dinamis dan kreatif, sehingga prestasi-prestasi yang dapat diraih seseorang dalam bidang-bidang tertentu khususnya kemajuan peradaban dan kebudayaan, adalah karena peranan dan fungsi kemauan ini, sedangkan nafsu yang selalu menuntut terpenuhinya berbagai macam keinginan yang diantara keinginan itu ada yang bertentangan dengan syari'at agama (addin) akan tersalur secara benar  dengan adanya pertimbangan akal, ratio, perasaan dan terutama keimanan.
Berbicara “Rohani" ada dua macam :
1)   Rohani atas
2)   Rohani bawah
Rohani atas (hati nurani) mengajak kepada kebaikan, sedang rohani bahwah mengajak kepada kejahatan.
Bila jiwa dan rohani itu didominasi oleh rohani atas (hati nurani yang terisi Iman dan taqwa), maka lima unsur diatas (akal, ratio, perasaan, kemauan, nafsu) akan tergiring menuju jalan yang benar, yaitu “Addiinul  Qayyim (الدين القيم), yaitu Agama yang lurus.
Ketiga : Karena manusia diangkat oleh Allah menjadi Kholifah (pemimpin) pengelola/pemakmur) di muka bumi (خليفة في الارض), sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 30.
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٣٠
Artinya: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (Al-Baqarah ayat 30).
Dengan ayat 30 Al-Baqarah ini, ada semacam dialog antara Allah SWT. dengan Malaikat, dan nampaknya Malaikat pertama-tama menyatakan keberatan dengan diangkatnya Adam sebagai Kholifah di bumi, namun akhirnya Malaikat mau menerima keputusan Allah Swt, karena Malaikat menyadari kelemahan dirinya yang tidak mungkin dapat mengelola bumi, karena tidak memiliki skil dalam bidang ini. Pernyataan Malaikat itu dapat dibaca pada Ayat 32 Surat AI-Baqaroh, dan akhirnya mau tunduk kepada Adam, sebagaimana dijelaskan dalam Ayat 34 Surat Al-Baqaroh, kecuali Iblis tidak mau tunduk dan memang iblis itu enggan sombong karena tergolong makhluq yang kafir.
Dalam kisah ini dapat diambil pelajaran, bahwa mengangkat pemimpin. dalam suatu jabatan hendaknya diperhatikan skil dan keahliannya sesuai dengan jabatan itu, karena sesuatu perkara yang diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya, namun juga harus diperhatikan mentalitas calon pemimpin/pejabat yang akan didudukkan pada jabatan tersebut. Dalam kaitannya dengan kekhalifahan manusia, Allah juga berfirman  dalam Surat Hud ayat 61.
...هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ وَٱسۡتَعۡمَرَكُمۡ فِيهَا فَٱسۡتَغۡفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِۚ ...٦١
Artinya:
Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya (maksudnya manusia dijadikan sebagai penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia), karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, (Hud ayat 61)
Dan juga Surat An-Nuur Ayat 55
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنٗاۚ يَعۡبُدُونَنِي لَا يُشۡرِكُونَ بِي شَيۡ‍ٔٗاۚ وَمَن كَفَرَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ٥٥
Artinya:
“ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik (An-Nuur Ayat 55)”.
Ma'aasyiral muslimin rohimakumullah
Sesuai dengan kedudukan manusia sebagai kholifah di muka bumi berarti manusia mempunyai missi dan tugas pembangunan untuk mengelola alam dengan sebaik-baiknya, demi kesejahteraan rakyat dan bangsa.
Ini berarti manusia tidak boleh berbuat kerusakan, keonaran, kehancuran, seperti merusak lingkungan dan perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada hancurnya eksistensi negara dan disintegrasi bangsa, juga kita harus menghindarkan diri dari perbuatan yang mengarah kepada kebobrokan moral, krisis akhlaq dan krisis yang lain (krisis multidimensional), termasuk didalamnya krisis ekonomi,
Oleh sebab itu Islam melarang minum-minuman keras (khomer) dan sebangsanya (narkoba), melarang judi, perzinahan (pelacuran), pencurian, korupsi, kolusi, nepotisme, penggelapan, pembunuhan (kecuali dalam hukum perang yang disahkan oleh syari'at), monopoli dan lain sebagainya. Perbuatan-perbuatan tersebut merusak citra kedudukan manusia sebagai kholifah dimuka bumi. Dalam hal ini Allah SWT. Berfirman dalam Surat Al-Qoshosh 77 :
وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٧٧
Artinya:
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan(Al-Qoshosh 77) “.
Dalam ayat ini jelas bahwa Islam mengajarkan agar kita berbuat baik (ihsan) kepada pihak lain. Islam mengajarkan ukhuwah Islamiyahi ukhuwah basyariyah, ukhuwah insaniyah, ukhuwah wathoniyahi bahkan ukhuwah makhluqiyyah, karena itu tampilkan Islam dengan cara yang menyejukkan dan rahmatan lil 'aalamiin, jangan sampai Islam ditampilkan ”dengan“ gaya kasar dan kebringisan.
Islam melarang berbuat kerusakan (fasad) karena berbuat kerusakan, kekerasan, anarkis tidak akan bisa menyelesaikan masalah, bahkan akan mengakibatkan kekacauan dan ekses negatif lainnya.
Allah berfirma dalam Al-Qur'an Surat Al-Maidah Ayat 90-91 dalam kaitannya dengan bahayanya minuman keras dan judi dan ini yang menjadi penyebab rusaknya akhlaq manusia sbb :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡخَمۡرُ وَٱلۡمَيۡسِرُ وَٱلۡأَنصَابُ وَٱلۡأَزۡلَٰمُ رِجۡسٞ مِّنۡ عَمَلِ ٱلشَّيۡطَٰنِ فَٱجۡتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٩٠ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَن يُوقِعَ بَيۡنَكُمُ ٱلۡعَدَٰوَةَ وَٱلۡبَغۡضَآءَ فِي ٱلۡخَمۡرِ وَٱلۡمَيۡسِرِ وَيَصُدَّكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَعَنِ ٱلصَّلَوٰةِۖ فَهَلۡ أَنتُم مُّنتَهُونَ ٩١
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (90). Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)(91). (Al-Maidah Ayat 90-91)”.
Ma'aasyiral muslimin rohimakumullah
Untuk membangun suatu negara hendaknya kita mengambil pelajaran dan mencotoh kepemimpinan Rasulullah Muhammad Saw. Beliau memimpin masyarakat (negara) selama 23 tahun telah berhasil, karena menerapkan 4 (empat) sikap/prinsip :
1.     Shiddiq (صديق) artinya benar, jujur, temen (bahasa jawa)
2.     Amanah (امانه) artinya terpercaya, pandai memegang “amanah", artinya seseorang dapat dipercaya memelihara, memegang keutuhan barang-barang amanat yang dititipkan sehingga tidak hilang, misalnya inventaris barang-barang kantor, asset negara dan sebagainya.
3.     Fathonah (فطانه) artinya cerdik, pandai, mempunyai pandangan dan analisa yang tajam, teliti dan cermat, mampu mempredeksikan masalah-masalah yang akan datang.
4.     Tabligh (تبليغ) artinya menyampaikan apa adanya secara terbuka dan trasnparan (menyampaikan missi perjuangannya secara ikhlas dan terbuka) Prinsip dan sikap ini perlu diteladani dalam konteks pembangunan bangsa (open management)
Dalam rangka tegaknya suatu negara, Rasulullah Muhammad SAW memberikan pelajaran dalam haditsnya :
قوام الدنيا بأربعة أشياء : علم العلماء , وعدل الأمراء , وسخاء الأغنياء , ودعاء الفقراء (رواه الديلمي)
Artinya:
Kokohnya kehidupan dunia lantaran 4 perkara, yaitu dengan ilmu pengetahuan Ulama’ atau kaum cendikiawan, adilnya para pemimpin/pejabat, kedermawanan orang-orang kaya (konglomerat), keridloan dan do’anya orang-orang fakir miskin (dukungan lapisan bawah).
Pedoman 4 perkara ini merupakan syarat mutiak terwujudnya kesejahteraan bagi segenap lapisan masyarakat, agar tidak melebar kesenjangan dan tidak memperjauh jarak antara silemah dan sikuat, sebab kalau suasana yang harmonis ini tidak dijaga bakal timbul bencana kehancuran, sebagaimana diingatkan dalam kitab Durrotun Nashihin :
لَوْلَا عِلْم الْعُلَمَاءِ لَهَلَكَ الْجَا هِلُوْنَ وَلَوْلَا سَخَاوَةُ الْاَغْنِيَاءِ لَهَلَكَ الْفُقَرَاءُ وَلَوْلَا دَعْوَةُ الْفُقَرَاءِ لَهَلَكَ الْاَغْنِيِاءُ وَلَوْلَا عَدْلُ الْاُمَرَاءِ لَاَكَلَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا كَمَا أَكَلَ الذِّئْبُ الْغَنَمَ
Artinya:
Kalu Ulama’ dan kaum cendikiawan tidak memberikan ilmu mereka, orang-orang bodoh  akan binasa. Dan jika tidak ada kedermawanan orang-orang kaya maka binasalah kaum faqir, kalau orang-orang kecil tidak ridlo dan tidak mau memanjatkan do’a mereka (atau lapisan bawah tidak mendukung) para hartawan akan binasa, dan jikan keadilan pemimpin tidak ditegakkan, maka sebagian masyarakat akan menerkam sebagian lainnya, bagaikan srigala menerkam domba.
Dalam riwayat lain Nabi Muhammad bersabda:
اَلدُّنْيَا بُسْتَانٌ تَزَيَّنَتْ بِخَمْسَةِ اَشْيَاءٍ: عِلْمِ الْعُلَمَاءِ وَعَدْلِ اْلاُمَرَاءِ وَعِبَادَةِ اْلعُبَّادِ وَاَمَانَةِ التُّجَّارِ وَنَصِيْحَةِ الْمُحْتَرِفِيْنَ
Artinya:
Dunia itu seperti taman (kebun) taman itu akan menjadi indah apabila dipenuhi lima perkara: Ilmunya Ulama’, adilnya pejabat (pemimpin), rakyat mau ibadah, para pengusaha/pedagang memegang amanat, dan para pegawai/pekerja patuh dan disiplin.
Dengan dasar dan landasan penjelasan diatas memberikan pengertian bahwa suatu negara akan menjadi baik dan berhasil membentuk masyarakat madani (civil socity), apabila semua komponen tadi mendudukkan dirinya secara benar. Jadi tidak mungkin suatu negara menjadi baik apabila pemerintahnya saja yang baik, lalu rakyatnya rusak, atau rakyatnya baik, pemerintahnya rusak, atau lebih-lebih kedua-duanya sama-sama rusak, akan hancurlah negara,
Masyarakat madani adalah masyarakat qurani, dan ada 14 (empat belas) prinsip Islam yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah tentang ciri-ciri masyarakat madani, yaitu :
1.     Keteladanan (uswah hasanah)
2.     Kekuasaan sebagai amanah
3.     Musyawarah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
4.     Keadilan benar-benar ditegakkan (supermasi hukum)
5.     persamaan (equality)
6.     Pengakuan dan perlindungan terhadap HAM (hak-hak asasi manusia), dengan ketentuan masih dalam koridor aqidah dan syari’at Islam
7.     Peradilan bebas (tanpa memandang bulu)
8.     Perdamaian
9.     Kesejahteraan
10. Ketaatan rakyat
11. Stabilitas (politik, keamanan, ekonomi)
12. Suasana Negeri aman, tentram dan agamis/religius
13. SDM yang cukup dan bermoral
14. Dan lain-lain
Dan menurut Syekh Muhammad, guru besar di Universitas Riyadh menekankan 5 prinsip tentang masyarakat madany, yaitu :
1.     Asysyura (الشورى) : Musyawarah
2.     Al'adalah (العدالة) : Yustice (keadilan)
3.     Freedom (kebebasan)
4.     Equality (persamaan)
5.     Permissibilty of colling head of state to account and scope of obligation to obey (kewenangan meminta pertanggung jawaban pemimpin serta kewajiban ketataan rakyat)
Ada beberapa ayat Al-Qur'an untuk menjadi pedoman dalam rangka pembangunan bangsa dan negara yang kiranya perlu disampaikan dalam kesempatan ini antara lain :
Firman Allah SWT. Dalam Al Qur’an surat Al-A'rof ayat 96:

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٩٦
Artinya:
“ Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya “.
Firman Allah SWT dalam Surat Al-Isro' Ayat 16 :
وَإِذَآ أَرَدۡنَآ أَن نُّهۡلِكَ قَرۡيَةً أَمَرۡنَا مُتۡرَفِيهَا فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيۡهَا ٱلۡقَوۡلُ فَدَمَّرۡنَٰهَا تَدۡمِيرٗا ١٦
Artinya:
“ Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya “.
Firman Allah SWT dalam Surat Al-Hasr Ayat 7 :
...كَيۡ لَا يَكُونَ دُولَةَۢ بَيۡنَ ٱلۡأَغۡنِيَآءِ مِنكُمۡۚ ...٧
Artinya:
“ Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu “.
Firman Allah SWT dalam Surat Al-Maidah Ayat 2 :

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ ٢

Artinya:
“ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah 177, tentang pokok-pokok kebijakan:
لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلۡكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّ‍ۧنَ وَءَاتَى ٱلۡمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِي ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلۡمُوفُونَ بِعَهۡدِهِمۡ إِذَا عَٰهَدُواْۖ وَٱلصَّٰبِرِينَ فِي ٱلۡبَأۡسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلۡبَأۡسِۗ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ ١٧٧
Artinya:
“ Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
Dalam ayat 177 Al-Baqarah ini, ada beberapa pokok/prinsip kebajikan yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa. Disini kami akan simpulkan lima unsur pokok, yaitu :
1.     Keimanan, dimana Iman adalah merupakan landasan dan pondasi yang sangat mendasar, sehingga apabila kita umpamakan suatu bangunan maka Iman adalah berada paling bawah (dasar), dan bangunan itu akan menjadi kuat apabila pondasinya kuat. Iman tidak hanya sekedar diucapkan (verbalisme), namun Iman itu harus ada semacam iqror (pengakuan) yang nembus kedalam hati, dan diwujudkan dalam bentuk perbuatan (amal) yang nyata dan bermanfaat.
2.     Jiwa sosial dan kedermawanan kepada para kerabat, baik kerabat dalam struktur kefamilian, kerabat kerja (dan ini tidak temasuk nepotisme), karena yang dimaksud dengan nepotisme adalah seseorang memberikan sesuatu pemberian atau fasilitas dengan selalu mengutamakan kepada orang-orang dekatnya, dan yang diberikan itu milik negara. Sedangkan dalam ayat ini yang dimaksudkan adalah sesuatu yang diberikan itu adalah barang halal miliknya sendiri. Kemudian sikap dermawan terhadap anak yatim, fakir miskin, ibnu sabil, orang yang minta-minta dan mengentas perbudakan (riqob)
3.     Melaksanakan kewajiban-kewajiban / rukun-rukun agama Islam. Dalam ayat ini rukun Islam hanya dicontohkan dua saja yaitu sholat dan zakat, di mana sholat menyangkut hubungan manusia dengan Allah secara vertical, lima kali kewajiban selama 24 jam, dan waktunya telah diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu pekerjaan manusia yang bersifat duniawi, bahkan dengan jadwal sholat akan membuat seseorang bisa mengatur dengan tertib jadwal kehidupannya. Sholat lima waktu termasuk jum'at dalam kondisi apapun tidak boleh ditinggalkan. Namun dalam beberapa hal ada rukhshoh (dispensasi) dengan system jamak dan qosor bagi musafir yang memenuhi syarat jarak jauhnya berpergian dan bagi orang yang sakit sesuai kemampuannya walaupun hanya berbaring bahkan hanya isyarat.
Sedangkan rukun Islam yang disebut zakat adalah ada kaitannya dengan aspek sosial, karena itu orang muslim dituntut adanya kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, dan memang orang muslim tidak cukup hanya sholeh pribadi, tapi juga dituntut kesholehan sosial, sebab hal ini yang langsung menyentuh kehidupan masyarakat. Kita sebagai orang muslim harus memahami bahwa dalam al-Qur'an sebanyak 82 kali setiap Allah SWT. berfirman dengan menyebut kata “sholat" selalu dirangkaikan dengan kata “zakat", ini menjadi isyarat bahwa dua kewajiban ini perlu mendapat perhatian khusus, terutama dalam upaya menjabarkannya didalam kehidupan kita Dan zakat merupakan dana umat Islam yang masih terpendam dan sebuah potensi yang terlupakan sampai saat ini dan masih belum berhasil digali secara maksimal.
Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari syari'at zakat, antara lain, yaitu :
1)              mendidik orang kaya agar tidak kikir, disamping itu untuk membiasakan kaum muslimin bersifat pemurah karena sifat pemurah ini akan membawa keuntungan, sebgaimana firman Allah dalam Surat Al-Hasyr Ayat 9.
...وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٩
Artinya :
Dan siapa dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung (al-hasyr ayat 9).
2)              Menyadarkan orang-orang kaya, bahwa harta yang diperoleh itu adalah amanat dari Allah SWT .
3)              Untuk menolak bencana dan fitnah, menghilangkan rasa iri hati fakir miskin dan dendam terhadap orang-orang kaya.
4)              Memelihara fakir miskin dari kehinaan dan kepapaan serta kelaparan
5)              Mewujudkan rasa persaudaraan dikalangan masyarakat .
6)              Agar harta tidak hanya berputar pada orang-orang kaya saja, tetapi juga kepada fakir miskin, sehingga terwujudlah program pemerataan.
7)              Sebagai sumber “Baitul Mal" yang penggunaannya untuk kemaslahatan umum/bersama
8)              Agar zakat dapat memberi modal kerja bagi para mustahiq (orang-orang yang berhak menerima zakat) sehingga bisa berusaha untuk hidup layak dan akhirnya menjadi muzakki (pembayar zakat)
9)              Zakat memberi nilai edukatif dan akan menaikan laju ekonomi dan pembangunan
10)           Zakat dapat meringankan beban tanggung jawab pemimpin terhadap umatnya kelak di hadapan Allah Swt.
4.     Prinsip yang keempat dari ayat 177 Al-baqarah adalah pokok kebajikan yang mencakup “Sikap hidup" seseorang, yaitu sikap kejujuran, menepati janji bila berjanji (transaksi). Ini sangat penting dalam kehidupan seseorang, baik dalam hubungan pribadi maupun dinas, organisasi, internasional, sebab dari sikap tersebut akan mewujudkan kepercayaan masyarakat, bahkan bangsa-bangsa lain, sehingga apabila prinsip “menepati janji dan kejujuran” diabaikan artinya tidak bisa dipenuhi, maka akan timbul krisis kepercayaan, dan hal ini sangat berbahaya dalam kelangsungan kehidupan suatu bangsa dan sangat berpengaruh terhadap pemulihan ekonomi suatu bangsa pada khususnya dan umumnya aspek-aspek lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5.     Prinsip ketabahan, keuletan, kesabaran, memiliki komitmen diri dalam menghadapi berbagai macam problem, tahan uji dalam menghadapi peperangan sekalipun.
Demikian lima prinsip yang dapat diambil dari surat    Al-baqarah ayat 177 tersebut. Dan bila kita bisa melaksanakan, maka kita berhak mendapat predikat sebagai golongan yang benar dan bertaqwa.
Ma'aasyirol Muslimin rohimakumullah
Kalau tadi kita bicarakan tentang kedudukan manusia sebagai makhluq Allah yang paling istimewa, maka kehidupan mereka tidak begitu saja dibiarkan tanpa ada tujuan yang jelas, maka disini kami sampaikan bahwa tujuan hidup manusia adalah semata-mata untuk ibadah.
Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an Surat Adzdzariat Ayat 56:
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
Artinya:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-ku.
Berbicara masalah ibadah secara garis besar dapat dibagi menjadi dua :
1.     Ibadah Mahdhah
2.     Ibadah ghairu mahdhah
Yang dimaksud Ibadah mahdlah, yaitu ibadah yang bersifat khusus, yaitu ibadah yang tata cara pelaksanaannya telah diatur ketentuan-ketentuannya dan tidak boleh dirubah-rubah, contohnya puasa bulan Ramadhan, sholat lima waktu, dan lain-lain.
Dan yang dimaksud ibadah ghoiru mahdhah adalah ibadah yang bersifat umum. Artinya ibadah yang tata caranya tidak diatur secara rinci, asalkan perbuatan itu baik dan benar dengan diniati semata-mata karena Allah SWT . Contohnya seperti bekerja dikantor, kerja bakti, membantu pihak lain dan sebagainya.
Ma'aasyirol muslimin rahimakumullah. ..
Untuk membina diri menjadi mdslim sempurna (kaffah) perlu ada langkah-langkah sebagai-berikut:
1.     Mempelajari Islam dan mernahaminya secara mendalam dari sumbernya yaitu Al-Qur'an dengan penafsirannya, sunnah-sunnah Rasul dan berbagai macam kitab-kitab yang ditulis oleh para ahli (ulama), misalnya, kitab Fiqih, Aqoid, Tasawuf, Tarikh, akhlak, dan lain-lain, yang telah terkodifikasi secara rapi.
2.     Mengamalkan ajaran-ajaran Islam secara konsekwen dan sungguh-sungguh, memiliki komitmen tinggi dan istiqomah (konsisten) misalnya antara lain dalam melaksanakan shalat, puasa, taroweh, witir, tadarus Al-Qur'an, shilaturrahmi, sedekah, infaq, zakat, berjuang, berkorban, da'wah, membangun negara, menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan berusaha menegakkan supermasi hukum, menata ekonomi secara Islami, dan lain-lain.
3.     Mencintai Islam dengan sesungguhnya, karena dengan Islam seseorang mendapat nur hidayah (cahaya petunjuk) yang bisa membimbing kehidupan kearah jalan yang benar, sehingga memperoleh kebahagiaan yang hakiki baik di dunia maupun di akhirat. Dan seseorang yang memiliki rasa cinta yang mendalam kepada Islam, pasti mau dan berani berkorban demi izzul Islam walmuslimin, dan dengan berhasilnya pembinaan serta pembangunan masyarakat Islam, akan mempunyai dampak yang positif terhadap pembangunan bangsa dan negara Indonesia, karena umat islam mayoritas di negara ini, khusunya di Jawa Timur yang menurut statistik di Jawa Timur dengan jumlah penduduk ± 40 juta, yang menyatakan Islam ± 96, 76 %.
4.     Memperjuangkan Islam, artinya sebagai orang muslim tidak boleh apriori terhadap permasalahan-permasalahan yang berkembang disekelilingnya apalagi yang mengancam terhadap pendangkalan kehidupan beragama dan keselamatan negara. Orang Islam wajib berjuang (jihad) untuk menegakkan kalimah Allah, menegakkan kebenaran, melenyapkan yang bathil, selalu amar ma'ruf nahi munkar dimanapun mereka dan didalam posisi kedudukan apapun tetap dituntut untuk berjuang. Dan berjuang itu termasuk salah satu syarat seseorang akan bisa masuk surga. Hal ini sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam 'Al-Qur'an Surat Ali Imron Ayat 142 sebagai berikut:
أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَعۡلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ مِنكُمۡ وَيَعۡلَمَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٤٢
Artinya:
“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar (Al-Imron ayat 142) “.
Pengertian jihad di sini ialah:
a.     Berjuang untuk menegakkan islam dan melindungi orang-orang Islam, atau berperang dengan memanggul senjata apabila ada pihak musuh yang menyerang berusaha menghancurkan islam dan keselamatan negara seperti negara kita Indonesia ini.
b.     Memerangi hawa nafsu.
c.      Mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam.
d.     membrantas yang bathil dan menegakkan yang haq.
5.     membela dan membentengi Islam, dengan cara mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam, pondok pesantren, memperkuat jam’iyah-jam’iyah keagamaan dalam islam, mendirikan lembaga-lembaga sosial, lembaga-lembaga zakat, memabngun masjid-masjid, terutama di daerah-daerah yang kurang mampu dan perlu juga membangun masjid sebagai kebanggaan Islam, seperti masjid Nasional Al-akbar Surabaya, dimana Masjid tersebut secara fisik merupakan masjid yang sangat megah indah dengan arsitektur moderen, tapi jangan hanya bangga dengan melihat kemegahan bangunannya saja, tetapi terutama adalah pengisiannya, sehingga dari masjid bisa memberi andil yang sangat besar dalam upaya pembinaan umat Islam di Jawa Timur, khususnya Surabaya, karena itu harus ada aktifitas yang bisa menampung terhadap keinginan umat Islam di Jawa Timur.
6.     Berusaha terus menerus untuk meningkatkan Iman dan taqwa dalam arti berupaya menjabarkannya dalam kontek kehidupan kita, baik sebagai pribadi anggota masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka mengerti tentang kewajiban pribadi (wajibah syaksyiyah), kewajiban agama (wajibah diniyah), kewajiban keluarga (wajibah ahliyah) kewajiban sosial kemasyarakatan (Wajibah ijtima'iyyah) dan kewajiban sebagai bangsa dalam ikatan nasional suatu negara (Wajibah wathoniyah)
Ma'aasyiral muslimin rahimakumullah
Bila manusia mempunyai komitmen diri dengan cara mau mengambil langkah-langkah seperti yang telah dijelaskan tersebut diatas, berarti ia menuju kepada perjalanan kembali kepada fithrah, artinya kembali kepada agama, dimana agama sebagai kebutuhan hidup dan memang seseorang apabila dikehendaki oleh Allah Swt. Untuk menjadikan orang yang baik, maka dia diberi pengertian dalam urusan agama. Dalam hal ini rasulullah Muhammad Saw bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ (رواه البخاري)
Artinya:
Barang siapa yang Allah menghendaki terhadap seseorang agar menjadi baik, maka Allah memberi pengertian kepadanya dalam urusan agama  (HR Al-Bukhari) “.
Dan sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ar-Ruum ayat 30 yang tadi telah kita bahas sebagai landasan khutbah ini.
Berbicara soal agama, maka agama harus menjadi landasan awal sebelum berlandaskan kepada yang lain. Agama jangan ditarik-tarik dan jangan dipaksakan untuk melegitimasi terhadap kepentingan tertentu, padahal kepentingan tertentu tersebut bertentangan dengan jiwa agama. Agama (dienul Islam) disini ditempatkan pada kedudukan tertinggi, sehingga setiap ada problematika, peristiwa krisis, baik bagi pribadi. keluarga, masyarakat, bangsa dan negara hendaklah dipulangkan (dikembalikan) kepada Addien (dienul Islam). Hal ini bisa kita baca dalam ayat yang lain, misalnya surat al-Baqarah ayat 155-156
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٥ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦
Artinya:
“ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (155), (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"(156) “.
Kalimat INNAA LILLAAHI WAINNAA ILAIHI ROOJI'UUN adalah disebut kalimat “istijaa" (pernyataan kembali kepada Allah), disunnatkan menyebutnya waktu ditimpa mara bahaya, baik besar maupun kecil dan yang paling penting lagi adalah memahami makna kandungannya, artinya kita ini semua milik Allah dan kita semua akan kembali, dan semua persoalan harus dikembalikan kepada Allah. Ini berarti kita harus kembali kepada agama. Untuk memantapkan pembahasan, disini kiranya perlu dikemukakan hadits Rasulullah Saw, riwayat Ibnu Abbas, sbb :
وَقَالَ رَسُوْلُ الّلهِ ﷺ لِابْنِ مسعود : اِنْ يُدْفَعْ عَنْ عُمْرِكَ فَسَيَأ تِيْكَ زَمَانٌ كَثِيْرٌ خُطَبَاؤُهُ قَلِيْلٌ عُلَمَاؤُهُ كَثِيْرٌ سُؤَّالُهُ قَلِيْلٌ مُعْطُوْهُ اَلْهَوَى قَائِدُاِلْعِلْمِ قَالَ مَتَى ذَالِكَ يَارَسُوْلَ الّلهِ, قَالَ اِذَا اُمِيْتَتِ الصَّلَوةُ وَقُبِلَتِ الرِّشْوَةُ وَكَثْرَةُ الشُّرَاطُ وَيُبَاعُ الدِّيْنُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا قَلِيْلٍ فَالنَّجَاءَ ثُمَّ النَّجَاءَ وَيْحَكَ ثُمَّ النَّجَاءَ (منهاج العابدين)


Artinya:
“ Bersabda Rasulullah kepada sahabat Ibnu Mas’ud, “ hai Ibnu Ibnu Mas’ud apabila kamu mendapatkan umur yang panjang, kamu akan mendapati suatu zaman; zaman itu banyak orang yang ahli pidato, tetapi sedikit yang menjadi Ulama, banyak orang yang meminta-minta, tetapi sedikit yang mau memberi, hawa nafsu memimpin atau mengendalikan ilmu pengetahuan; Ibnu Abbas bertanya “kapan itu terjadi ya rasulullah? Nabi Muhammad menjawab, yaitu ketika sholat jiwanya mati, suapan, sogooan (kolusi) diterima dan membudaya dan banyak polisi (tim-tim keamanan tapi tidak bisa aman, karena manusianya akhlaqnya jelek). Dan agama dijual dengan harga dunia yang murah, maka pada saat/kondisi seperti itu, kamu wahai ibu Abbas hendaklah mencari keselamatan, kemudian carilah keselamatan (sampai tiga kali Rasulullah mengulang kata-kata carilah keselamatan), ini menunjukkan saking gawatnya situasi itu “.
Keselamatan itu tiada lain adalah kembali kepada agama, yakni dienul Islam,
Ma'aasyiral muslimin rahimakumullah
Dalam rangka memantapkan kehidupan umat beragama di negara kita Indonesia, marilah kita laksanakan konsep tri kerukunan, yaitu kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama dan kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah. Apabila konsep ini dilaksanakan dengan baik, maka terwujudlah kerukunan nasional, sehingga tidak mungkin terjadi kasus-kasus pembantaian di negeri ini, namun perlu dipahami, yang dirukunkan adalah umatnya, orang-orangnya, dalam persoalan-persoalan duniawi, sedangkan tentang ajaran agama (ritual agama) tidak boleh dicampur adukkan (pluralisme agama), tapi kita setuju dalam perbedaan (lakumdiinukum waliyadiin)
Kemudian khusus bagi umat Islam saat ini harus benar-benar lebih meningkatkan ukhuwah Islamiyah, karena dengan terwujudnya ukhuwah Islamiyah yang mantap, umat Islam memiliki power, dan hal ini akan sangat menentukan terhadap stabilitas nasional di negara kita.
Sebuah ungkapan hikmah menyebutkan:
لاَغَلَبَةَ اِلاَّ بِالْقُوَّة ولا قوة الاَّ بِالْاِتِّحَادِ وَلاَ اِتِّحَاد الَّا بِالْفَضَائِلَ ولا فضائل اِلَّا بِالدِّيْنِ.
Artinya:
Tidak ada kemenangan kecuali dengan kekuatan (power), dan tidak ada kekuatan kecuali dengan persatuan, dan tidak mungkin bisa diwujudkan persatuan kecuali dengan menegakkan prinsip-prinsip keutamaan, dan tidak ada namanya prinsip-prinsip keutamaan  kecuali kembali atau diperoleh dari agama (dienul Islam) “.
Ma'aasyiral muslimin rahimakumullah
Mengakhiri khutbah ini saya ingin mengajak kepada para jama’ah kaum muslimin muslimat agar bisa mengambil hikmah pelajaran ibadah puasa bulan Ramadhan dan Iedul Fithri secara maksimal dalam rangka membina pribadi muslim paripurna dan kembali kepada fithrah, lebih-lebih saat ini kita memasuki milinium baru/ketiga (globalisasi, dimana umat Islam menghadap tantangan-tantangan yang sangat berat).
Dalam hal ini umat Islam tidak boleh kehilangan pegangan. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat 139-140.
وَلَا تَهِنُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ١٣٩ إِن يَمۡسَسۡكُمۡ قَرۡحٞ فَقَدۡ مَسَّ ٱلۡقَوۡمَ قَرۡحٞ مِّثۡلُهُۥۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيۡنَ ٱلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَيَتَّخِذَ مِنكُمۡ شُهَدَآءَۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٤٠
Artinya:
“ Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman (139), jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir)  supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim (140 “),
Dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut kita harus memiliki komitmen diri dengan meningkatkan Iman dan Taqwa, sebab dengan Iman dan Taqwa semua masalah dapat dipecahkan. Dan mendapat jalan keluar dengan sebaik-baiknya.
Hadirin
Ø Marilah kita berdo'a mudah-mudahan seluruh amal kita diterima Allah SWT
Ø Semoga Ramadlan dan Idul Fithri tahun ini menjadi moment penting dalam rangka mewujudkan Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Insaniyah, Ukhuwah Basyariyah dan Ukhuwan Wathoniyah, sehingga gejala disintegrasi bangsa segera dapat diatasi
Ø Semoga negara yang tercinta (Indonesia) yang berfalsafah Pancasila yang saat ini sedang menghadapi segala macam krisis dapat segera diatasi
Ø Semoga mereka yang mempunyai profesi tindak kejahatan, Profokator dan sebagainya mau menyadari bahwa perbuatan mereka adalah salah, kemudian mau menghentikannya, dan semoga mereka memperoleh hidayah dari Allah SWT.
Ø Marilah kita melaksanakan silaturrahmi, halal bi halal dalam rangka menghapus dosa-dosa pribadi kita dengan sesama, marilah kita hilangkan benih permusuhan, perpecahan diantara kita, sehingga hari ini dan seterusnya dapat diwujudkan hubungan yang harmonis, yakni Hablum minallah dan Hablum Minannaas.
Ingat firman Allah dalam al-Qur'an surat Ali Imron ayat 133-134
وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ ١٣٣ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٣٤
Artinya:
“ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (133). (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan(134) “.

جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ اْلفَائِزِيْنَ المَقْبُولِين وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ المتقين وَاَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ الله لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِروْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar