Prof. DR. KH.
ABDUS SHOMAD BUCHORI, MA.
( Ketua
majelis ulama’ indonesia pusat bidang dakwah. Ketua umum majelis ulama’
indonesia jawa timur. Imam besar masjid nasional
al-akbar surabaya. Pengasuh PP. Darus Syifa As-shomadiyah
Sidoarjo. )
Di Masjid Agung Asy-syuhada` Pamekasan
Di Masjid Agung Asy-syuhada` Pamekasan
السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ
مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ- لاَ إِلهَ إِلاَّ
اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
الحَمْدُللهِ
الّذِىْ اَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإيْمَانِ وَاْلْإسْلاَمِ وَ اَرْشَدَنَا سُبُلَ
السَّلاَمِ- أَشْهَدُ أَنْ لاَ
اِلهَ اِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً خَالِصَةً تُنْجِيْنَا
مِنْ اَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ - وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ- الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعلَمِيْنَ
بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا- اللَّهُمَّ صَلّ وسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ و عَلىَ آله وصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللهُ أَكْبَرُـ اَللهُ أَكْبَرُـ اَللهُ
أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ-
اَللهُ أَكْبَرُ -اَللهُ أَكْبَرُ - لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ-
اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ
كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً- لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ- صَدَقَ وَعْدَهُ- وَنَصَرَ عَبْدَهُ- وَأَعَزَّ جُنْدَهُ- وَهَزَمَ
اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ- لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ-
اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ ,
اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ, أَعُوذُ باللهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ, يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ(الحشر:18)
وَقَالَ تَعَالى:... وَلِتُكْمِلُوا
الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ (البقرة:185),
وَقَالَ تَعَال: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ(البقرة:208),
وَقَالَ تَعَال: فَأَقِمْ وَجْهَكَ
لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ
لِخَلْقِ اللَّهِ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ(الروم:30),
وَقَالَ رَسُوْلُ الّلهِ ﷺ مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي
الدِّينِ (رواه البخاري),
وَقَالَ رَسُوْلُ الّلهِ ﷺ لِابْنِ مسعود
: اِنْ يُدْفَعْ عَنْ عُمْرِكَ فَسَيَأ تِيْكَ زَمَانٌ كَثِيْرٌ خُطَبَاؤُهُ
قَلِيْلٌ عُلَمَاؤُهُ كَثِيْرٌ سُؤَّالُهُ قَلِيْلٌ مُعْطُوْهُ اَلْهَوَى
قَائِدُاِلْعِلْمِ قَالَ مَتَى ذَالِكَ يَارَسُوْلَ الّلهِ, قَالَ اِذَا اُمِيْتَتِ
الصَّلَوةُ وَقُبِلَتِ الرِّشْوَةُ وَكَثْرَةُ السُّرَّاطُ وَيُبَاعُ الدِّيْنُ
بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا قَلِيْلٍ فَالنَّجَاءَ ثُمَّ النَّجَاءَ وَيْحَكَ ثُمَّ
النَّجَاءَ (منهاج العابدين)
Ma'aasyiral muslimin
rahimakumullah
Marilah kita selalu meningkatkan Iman dan Taqwa kita kepada Allah SWT.
dengan melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan serta menjauhi semua
larangan-larangan-Nya.
Disamping itu marilah kita mengucapkan syukur
“Alhamdulillah” kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya
yang dilimpahkan kepada kita sekalian, sehingga pada pagi hari ini kita bisa
hadir di Masjid Agung Asy-Syuhada’
ini dalam rangka melaksanakan Sholat Idul Fithri tahun 1439 H Dan rasa syukur kita itu juga, karena kita berhasil
melaksanakan ibadah Puasa Ramadhan dengan segala aktifitas pendukungnya, yaitu
antara lain : Sholat Tarawih, Witir, Tadarrus Al-Qur'an, mengikuti
pengajian-pengajian dengan membaca kitab-kitab tertentu, mengikuti
ceramah-ceramah Agama dan renungan Ramadhan, baik yang dilaksanakan pada acara
buka bersama, pada Sholat Tarawih, dalam acara Nuzulul Qur'an, acara Khatmil
Qur'an (selesai tadarrus Al-Qur’an), baik yang dilaksanakan di Masjid,
Musholla-musholla, langgar, surau, rumah-rumah, perkantoran, maupun yang
dilaksanakan di TV-TV pemerintah, swasta dan juga RRI dan non RRI, dan juga
kegiatan i’tikaf di masjid-masjid pada waktu tengah malam dengan ditambah
Shalatullail, dengan harapan semoga mendapatkan Lailatul Qadar, semoga seluruh
amal kita diterima Allah SWT .
Dan hari ini kita memasuki Idul Fithri“ 1439 H led artinya kembali dan
Fithri artinya suci. Hari ini merupakan kemenangan bagi kita semua, karena kita
telah berhasil menaklukkan hawa nafsu kita yang selalu cenderung mengajak
kepada kejahatan.
Maka dengan Puasa Ramadhan kita bakar dan kita
hancurkan dosa-dosa kita, sehingga kita menjadi bersih dan suci kembali. Dalam
hal ini Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَرَضَ
صِيَامَ رَمَضَانَ عَلَيْكُمْ وَسَنَنْتُ لَكُمْ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ
وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ
أُمُّهُ
Artinya :
Sesungguhnya Allah Azza
Wajalla mewajibkan Puasa Ramadhan dan Aku (Rasulullah) mensunatkan Sholat malam
harinya, Barang siapa berpuasa dan sholat malam dengan mengharap pahala (Ridlo)
Allah. Maka kita keluar dari dosa-dosa-nya seperti bayi yang baru dilahirkan
ibunya (HR. Ahmad)
Ma'aasyiral Muslimin
Rohimakumullah,
Perkenankan saya dalam
kesempatan ini menyampaikan Khuthbah dengan Tema :
”DENGAN PUASA RAMADHAN
DAN IDUL FITHRI KITA BINA DIRI KITA MENJADI MUSLIM
PARIPURNA DAN KEMBALI KEPADA FITHRAH”
Landasan
Tema ini bedasarkan firman Allah SWT Dalam Surat Al-Baqaroh Ayat 208 :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ
إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٢٠٨
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman,
masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.(Al-baqarah :208)
Dan juga landasan firman Allah SWT. Dalam Surat Ar-Rum Ayat 30:
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ
حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ
لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا
يَعۡلَمُونَ ٣٠
Artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu
dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (ar-Rum:
30)
Fithrah Allah SWT maksudnya ialah ciptaan Allah,
artinya manusia diciptakan oleh Allah mempunyai naluri beragama, yaitu Agama
Tauhid, kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar.
Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah disebabkan pengaruh lingkungan dan pengaruh-pengaruh
lain yang bersifat duniawi.
Ma'aasyiral
Muslimin Rohimakumullah.
Ketahuilah bahwa manusia itu adalah makhluq yang mempunyai kedudukan
mulia, tinggi dan istimewa. Kemuliaan, ketinggian,
keistimewaan dan kehebatan manusia itu ada beberapa indikator, antara lain:
Pertama : Karena manusia mempunyai fisik, bentuk dan struktur yang terbaik,
sehingga berbeda dengan makhluq yang lain, khususnya bila dibanding dengan
binatang. Allah SWT. Berfirman dalam Surat Al-Isro' Ayat 70.
وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ
وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ
مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا
٧٠
٧٠
Artinya :
“ Dan Sesungguhnya telah Kami
muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri
mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Al-Isro’: 70)
Dan juga
Allah SWT berfirman. Dalam Surat At-Tiin Ayat 4 :
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ ٤
Artinya :
“Sesunggulinya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (at-Tiin:4)
Dalam tafsir Ibnu Katsir juz (bagian) keempat
halaman 527 dijelaskan penafsiran kata-kata “fie ahsani taqwiim”, dengan
kalimat “Fie ahsani shuuratin wasyaklin muntashibil qaamah"
فىْ
أَحْسَنِ صُوْرَةٍ وَشَكْلٍ مُنْتَصِبِ الْقَامَةِ.
Artinya : “Struktur dan bentuk manusia itu adalah
sebaik-baik rupa dan bentuk, yang berdiri tegak (jadi tidak merangkak seperti
binatang), artinya berdiri tegak itu, kepala berada di atas dan kaki berada
dibawah".
Oleh karena itu manusia harus bersyukur kepada Allah dengan mendudukkan
diri sebagai makhluq terbaik, jangan sampai meniru akhlaq dan perilaku
binatang.
Kedua : Karena manusia mempunyai jiwa dan rohani. Dengan jiwa dan rohani
manusia mempunyai :
1)
Akal
2)
Ratio
3)
Perasaan
4)
Kemauan, dan
5)
Nafsu
Sehingga karena faktor Rohani dan Jiwa
inilah, manusia disebut sebagai manusia dan menjadi makhluq yang lebih istimewa
dan semakin jauh berbeda dengan binatang. Perbedaan antara akal dan ratio, maka
akal lebih tinggi daripada ratio, karena di dalam akal ada pikir (ratio),
namun mau menerima ajaran-ajaran kebenaran dan perasaan, sementara ratio
(berpikir murni) kadang-kadang tidak mau menerima keimanan dan perasaan. Tetapi mengembangkan
pikiran secara ratio (rasional) sangat penting, sebab akan
menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh sebab itu mengembangkan ratio
sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mutlak harus
dibarengi dengan Iman.
Dalam hal ini Allah Swt
berfirman dalam Surat Al-Mujadilah Ayat 11:
يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ
ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١
Artinya:
Allah akan meninggalkan orang-orang yang beriman diantara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (al-Mujadilah ayat 11).
Ini berarti bahwa ratio (berpikir murni) dikembangkan terus tanpa
kendali Iman, maka bisa menimbulkan paham ateis, matrialis dan sekular-liberal. Dan apabila ratio menghasilkan teknologi, juga tanpa Iman akan sangat
berbahaya, karena teknologi itu ibarat pisau bermata dua, sehingga apabila kita
tidak pandai menggunakannya, karena tanpa kendali maka akan menjadi boomerang menikam
diri kita sendiri.
Mengingat pentingnya perasaan, akal dan ratio pada diri manusia, maka
al-Qur’an telah menyebutkan tentang “akal” (العقل) sebanyak 49 kali, sedang “fikr” (الفكر) atau ratio sebanyak 18
kali.
Kemudian dengan perasaan, manusia dapat menimbang-nimbang 'tentang baik dan
buruk, indah dan tidak indah, serta pantas atau tidak
pantas. Dari sinilah akan timbul sikap toleransi dan solidaritas sosial dan
gotong royong yang sangat tinggi. Dan dari sini pula akan lahir karya-karya
manusia di bidang kesenian. Selanjutnya dengan adanya kemauan manusia
didorong untuk berbuat sesuatu bersifat dinamis dan kreatif, sehingga
prestasi-prestasi yang dapat diraih seseorang dalam bidang-bidang tertentu khususnya kemajuan peradaban dan kebudayaan, adalah karena peranan dan fungsi kemauan ini,
sedangkan nafsu yang selalu menuntut terpenuhinya berbagai macam keinginan yang
diantara keinginan itu ada yang bertentangan dengan syari'at agama (addin) akan
tersalur secara benar dengan adanya
pertimbangan akal, ratio, perasaan dan terutama keimanan.
Berbicara “Rohani" ada dua macam :
1)
Rohani atas
2)
Rohani bawah
Rohani atas (hati nurani) mengajak kepada kebaikan, sedang rohani bahwah
mengajak kepada kejahatan.
Bila jiwa dan rohani itu didominasi oleh rohani
atas (hati nurani yang terisi Iman dan taqwa), maka lima unsur diatas (akal,
ratio, perasaan, kemauan, nafsu) akan tergiring menuju jalan yang benar, yaitu
“Addiinul Qayyim (الدين القيم), yaitu Agama yang lurus.
Ketiga : Karena manusia diangkat oleh
Allah menjadi Kholifah (pemimpin) pengelola/pemakmur) di muka bumi (خليفة في الارض), sebagaimana firman Allah
dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 30.
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ
لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ
فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ
وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٣٠
Artinya: ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (Al-Baqarah ayat 30).
Dengan ayat 30 Al-Baqarah ini, ada semacam dialog
antara Allah SWT. dengan Malaikat, dan nampaknya Malaikat pertama-tama
menyatakan keberatan dengan diangkatnya Adam sebagai Kholifah di bumi, namun
akhirnya Malaikat mau menerima keputusan Allah Swt, karena Malaikat menyadari
kelemahan dirinya yang tidak mungkin dapat mengelola bumi, karena tidak
memiliki skil dalam bidang ini. Pernyataan Malaikat itu dapat dibaca pada Ayat
32 Surat AI-Baqaroh, dan akhirnya mau tunduk kepada Adam, sebagaimana
dijelaskan dalam Ayat 34 Surat Al-Baqaroh, kecuali Iblis tidak mau tunduk dan
memang iblis itu enggan sombong karena tergolong makhluq yang kafir.
Dalam kisah ini dapat diambil pelajaran, bahwa
mengangkat pemimpin. dalam suatu jabatan hendaknya diperhatikan skil dan
keahliannya sesuai dengan jabatan itu, karena sesuatu perkara yang diserahkan
kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya, namun juga harus
diperhatikan mentalitas calon pemimpin/pejabat yang akan didudukkan pada
jabatan tersebut. Dalam kaitannya dengan kekhalifahan manusia, Allah juga
berfirman dalam Surat Hud ayat 61.
...هُوَ
أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ وَٱسۡتَعۡمَرَكُمۡ فِيهَا فَٱسۡتَغۡفِرُوهُ ثُمَّ
تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِۚ ...٦١
Artinya:
Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu pemakmurnya (maksudnya manusia dijadikan sebagai penghuni dunia
untuk menguasai dan memakmurkan dunia), karena itu mohonlah ampunan-Nya,
kemudian bertobatlah kepada-Nya, (Hud ayat 61)
Dan juga
Surat An-Nuur Ayat 55
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي
ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ
دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ
أَمۡنٗاۚ يَعۡبُدُونَنِي لَا يُشۡرِكُونَ بِي شَيۡٔٗاۚ وَمَن كَفَرَ بَعۡدَ
ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ٥٥
Artinya:
“ Dan Allah telah berjanji
kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang
saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik (An-Nuur Ayat
55)”.
Ma'aasyiral muslimin rohimakumullah
Sesuai dengan kedudukan manusia sebagai kholifah di muka bumi berarti
manusia mempunyai missi dan tugas pembangunan untuk mengelola alam dengan
sebaik-baiknya, demi kesejahteraan rakyat dan bangsa.
Ini berarti manusia tidak boleh berbuat kerusakan,
keonaran, kehancuran, seperti merusak lingkungan dan perbuatan-perbuatan yang
mengarah kepada hancurnya eksistensi negara dan disintegrasi bangsa, juga kita
harus menghindarkan diri dari perbuatan yang mengarah kepada kebobrokan moral,
krisis akhlaq dan krisis yang lain (krisis multidimensional), termasuk
didalamnya krisis ekonomi,
Oleh sebab itu Islam melarang minum-minuman keras
(khomer) dan sebangsanya (narkoba), melarang judi, perzinahan (pelacuran),
pencurian, korupsi, kolusi, nepotisme, penggelapan, pembunuhan (kecuali dalam
hukum perang yang disahkan oleh syari'at), monopoli dan lain sebagainya. Perbuatan-perbuatan
tersebut merusak citra kedudukan manusia sebagai kholifah dimuka bumi. Dalam
hal ini Allah SWT. Berfirman dalam Surat Al-Qoshosh 77 :
وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ
ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن
كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ
ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٧٧
Artinya:
“ Dan carilah pada apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan(Al-Qoshosh 77) “.
Dalam ayat ini jelas bahwa Islam mengajarkan agar kita berbuat baik
(ihsan) kepada pihak lain. Islam mengajarkan ukhuwah Islamiyahi ukhuwah
basyariyah, ukhuwah insaniyah, ukhuwah wathoniyahi bahkan ukhuwah makhluqiyyah,
karena itu tampilkan Islam dengan cara yang menyejukkan dan rahmatan lil
'aalamiin, jangan sampai Islam ditampilkan ”dengan“ gaya kasar dan kebringisan.
Islam melarang berbuat kerusakan (fasad) karena
berbuat kerusakan, kekerasan, anarkis tidak akan bisa menyelesaikan masalah,
bahkan akan mengakibatkan kekacauan dan ekses negatif lainnya.
Allah berfirma dalam Al-Qur'an Surat Al-Maidah
Ayat 90-91 dalam kaitannya dengan bahayanya minuman keras dan judi dan
ini yang menjadi penyebab rusaknya akhlaq manusia sbb :
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡخَمۡرُ وَٱلۡمَيۡسِرُ وَٱلۡأَنصَابُ
وَٱلۡأَزۡلَٰمُ رِجۡسٞ مِّنۡ عَمَلِ ٱلشَّيۡطَٰنِ فَٱجۡتَنِبُوهُ
لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٩٠ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَن يُوقِعَ بَيۡنَكُمُ
ٱلۡعَدَٰوَةَ وَٱلۡبَغۡضَآءَ فِي ٱلۡخَمۡرِ وَٱلۡمَيۡسِرِ وَيَصُدَّكُمۡ عَن
ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَعَنِ ٱلصَّلَوٰةِۖ فَهَلۡ أَنتُم مُّنتَهُونَ ٩١
Artinya:
“ Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan
(90). Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu
(dari mengerjakan pekerjaan itu)(91). (Al-Maidah
Ayat 90-91)”.
Ma'aasyiral muslimin
rohimakumullah
Untuk membangun suatu negara hendaknya kita mengambil pelajaran dan
mencotoh kepemimpinan Rasulullah Muhammad Saw. Beliau memimpin masyarakat
(negara) selama 23 tahun telah berhasil, karena menerapkan 4 (empat)
sikap/prinsip :
1.
Shiddiq (صديق) artinya benar, jujur, temen
(bahasa jawa)
2.
Amanah
(امانه) artinya terpercaya, pandai memegang “amanah",
artinya seseorang dapat dipercaya memelihara, memegang keutuhan barang-barang
amanat yang dititipkan sehingga tidak hilang, misalnya inventaris barang-barang
kantor, asset negara dan sebagainya.
3.
Fathonah
(فطانه) artinya cerdik, pandai,
mempunyai pandangan dan analisa yang tajam, teliti dan cermat, mampu
mempredeksikan masalah-masalah yang akan datang.
4.
Tabligh
(تبليغ) artinya menyampaikan apa adanya secara terbuka dan
trasnparan (menyampaikan missi perjuangannya secara ikhlas dan terbuka) Prinsip
dan sikap ini perlu diteladani dalam konteks pembangunan bangsa (open
management)
Dalam rangka tegaknya suatu negara, Rasulullah Muhammad SAW memberikan
pelajaran dalam haditsnya :
قوام الدنيا
بأربعة أشياء : علم العلماء , وعدل الأمراء , وسخاء الأغنياء , ودعاء الفقراء
(رواه الديلمي)
Artinya:
“ Kokohnya kehidupan dunia lantaran 4 perkara, yaitu dengan ilmu
pengetahuan Ulama’ atau kaum cendikiawan, adilnya para
pemimpin/pejabat, kedermawanan orang-orang kaya (konglomerat), keridloan dan
do’anya orang-orang fakir miskin (dukungan lapisan bawah)”.
Pedoman 4 perkara ini merupakan syarat mutiak
terwujudnya kesejahteraan bagi segenap lapisan masyarakat, agar tidak melebar
kesenjangan dan tidak memperjauh jarak antara silemah dan sikuat, sebab kalau
suasana yang harmonis ini tidak dijaga bakal timbul bencana kehancuran,
sebagaimana diingatkan dalam kitab Durrotun Nashihin :
لَوْلَا عِلْم الْعُلَمَاءِ لَهَلَكَ الْجَا هِلُوْنَ
وَلَوْلَا سَخَاوَةُ الْاَغْنِيَاءِ لَهَلَكَ الْفُقَرَاءُ وَلَوْلَا دَعْوَةُ الْفُقَرَاءِ
لَهَلَكَ الْاَغْنِيِاءُ وَلَوْلَا عَدْلُ الْاُمَرَاءِ لَاَكَلَ بَعْضُهُمْ
بَعْضًا كَمَا أَكَلَ الذِّئْبُ الْغَنَمَ
Artinya:
“ Kalu Ulama’ dan kaum cendikiawan tidak memberikan ilmu mereka,
orang-orang bodoh akan binasa. Dan jika
tidak ada kedermawanan orang-orang kaya maka binasalah kaum faqir, kalau orang-orang kecil tidak ridlo dan tidak mau memanjatkan do’a mereka (atau
lapisan bawah tidak mendukung) para hartawan akan binasa, dan jikan keadilan
pemimpin tidak ditegakkan, maka sebagian masyarakat akan menerkam sebagian
lainnya, bagaikan srigala menerkam domba “.
Dalam
riwayat lain Nabi Muhammad bersabda:
اَلدُّنْيَا بُسْتَانٌ تَزَيَّنَتْ
بِخَمْسَةِ اَشْيَاءٍ: عِلْمِ الْعُلَمَاءِ وَعَدْلِ اْلاُمَرَاءِ وَعِبَادَةِ
اْلعُبَّادِ وَاَمَانَةِ التُّجَّارِ وَنَصِيْحَةِ الْمُحْتَرِفِيْنَ
Artinya:
“ Dunia itu seperti taman (kebun) taman itu akan menjadi indah apabila
dipenuhi lima perkara: Ilmunya Ulama’, adilnya pejabat (pemimpin), rakyat mau
ibadah, para pengusaha/pedagang memegang amanat, dan para pegawai/pekerja patuh
dan disiplin “.
Dengan dasar dan landasan penjelasan diatas memberikan
pengertian bahwa suatu negara akan menjadi baik dan berhasil membentuk
masyarakat madani (civil socity), apabila semua komponen tadi mendudukkan
dirinya secara benar. Jadi tidak mungkin suatu negara menjadi baik apabila
pemerintahnya saja yang baik, lalu rakyatnya rusak, atau rakyatnya baik,
pemerintahnya rusak, atau lebih-lebih kedua-duanya
sama-sama rusak, akan hancurlah negara,
Masyarakat madani adalah masyarakat qur’ani, dan ada 14 (empat
belas) prinsip Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah tentang ciri-ciri masyarakat madani, yaitu :
1.
Keteladanan (uswah hasanah)
2.
Kekuasaan sebagai amanah
3.
Musyawarah dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya
4.
Keadilan benar-benar ditegakkan (supermasi
hukum)
5.
persamaan (equality)
6.
Pengakuan dan perlindungan terhadap HAM (hak-hak
asasi manusia), dengan ketentuan masih dalam koridor aqidah dan syari’at Islam
7.
Peradilan bebas (tanpa memandang bulu)
8.
Perdamaian
9.
Kesejahteraan
10.
Ketaatan rakyat
11.
Stabilitas (politik, keamanan, ekonomi)
12.
Suasana Negeri aman, tentram dan agamis/religius
13.
SDM yang cukup dan bermoral
14.
Dan lain-lain
Dan menurut Syekh Muhammad, guru besar di Universitas Riyadh menekankan
5 prinsip tentang masyarakat madany, yaitu :
1.
Asysyura (الشورى) : Musyawarah
2.
Al'adalah (العدالة) : Yustice (keadilan)
3.
Freedom (kebebasan)
4.
Equality (persamaan)
5.
Permissibilty of colling head of state to
account and scope of obligation to obey (kewenangan meminta pertanggung jawaban
pemimpin serta kewajiban ketataan rakyat)
Ada beberapa ayat Al-Qur'an untuk menjadi pedoman dalam rangka
pembangunan bangsa dan negara yang kiranya perlu disampaikan dalam
kesempatan ini antara lain :
Firman
Allah SWT. Dalam Al Qur’an surat Al-A'rof ayat 96:
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا
عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ
فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٩٦
Artinya:
“ Jikalau Sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya “.
Firman
Allah SWT dalam Surat Al-Isro' Ayat 16 :
وَإِذَآ أَرَدۡنَآ أَن نُّهۡلِكَ قَرۡيَةً
أَمَرۡنَا مُتۡرَفِيهَا فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيۡهَا ٱلۡقَوۡلُ
فَدَمَّرۡنَٰهَا تَدۡمِيرٗا ١٦
Artinya:
“ Dan jika Kami hendak
membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup
mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan
dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan
(ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya “.
Firman Allah SWT dalam Surat
Al-Hasr Ayat 7 :
...كَيۡ
لَا يَكُونَ دُولَةَۢ بَيۡنَ ٱلۡأَغۡنِيَآءِ مِنكُمۡۚ ...٧
Artinya:
“ Supaya harta itu jangan
hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu “.
Firman Allah SWT dalam Surat
Al-Maidah Ayat 2 :
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ
عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ
ٱلۡعِقَابِ ٢
Artinya:
“ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat
siksa-Nya “.
Firman Allah SWT dalam Surat
Al-Baqarah 177, tentang pokok-pokok kebijakan:
لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ
وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ
بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلۡكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّۧنَ
وَءَاتَى ٱلۡمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ
وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِي ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ
ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلۡمُوفُونَ بِعَهۡدِهِمۡ إِذَا عَٰهَدُواْۖ
وَٱلصَّٰبِرِينَ فِي ٱلۡبَأۡسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلۡبَأۡسِۗ
أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ ١٧٧
Artinya:
“ Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang
yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa “.
Dalam ayat 177 Al-Baqarah ini, ada beberapa pokok/prinsip kebajikan yang
sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa. Disini kami akan simpulkan lima
unsur pokok, yaitu :
1.
Keimanan, dimana Iman adalah merupakan landasan dan
pondasi yang sangat mendasar, sehingga apabila kita umpamakan suatu bangunan
maka Iman adalah berada paling bawah (dasar), dan bangunan itu akan menjadi
kuat apabila pondasinya kuat. Iman tidak hanya sekedar diucapkan (verbalisme),
namun Iman itu harus ada semacam iqror (pengakuan) yang nembus kedalam hati,
dan diwujudkan dalam bentuk perbuatan (amal) yang nyata dan bermanfaat.
2.
Jiwa
sosial dan kedermawanan kepada para kerabat, baik kerabat dalam struktur
kefamilian, kerabat kerja (dan ini tidak temasuk nepotisme), karena yang
dimaksud dengan nepotisme adalah seseorang memberikan sesuatu pemberian atau
fasilitas dengan selalu mengutamakan kepada orang-orang dekatnya, dan yang
diberikan itu milik negara. Sedangkan dalam ayat ini yang dimaksudkan adalah sesuatu yang diberikan
itu adalah barang halal miliknya sendiri. Kemudian sikap dermawan terhadap anak
yatim, fakir miskin, ibnu sabil, orang yang minta-minta dan mengentas
perbudakan (riqob)
3.
Melaksanakan kewajiban-kewajiban / rukun-rukun agama Islam. Dalam ayat ini rukun Islam hanya dicontohkan dua saja
yaitu sholat dan zakat, di mana sholat menyangkut hubungan manusia dengan Allah
secara vertical, lima kali kewajiban selama 24 jam, dan waktunya telah diatur
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu pekerjaan manusia yang bersifat
duniawi, bahkan dengan jadwal sholat akan membuat seseorang bisa mengatur
dengan tertib jadwal kehidupannya. Sholat lima waktu termasuk jum'at dalam
kondisi apapun tidak boleh ditinggalkan. Namun dalam beberapa hal ada rukhshoh
(dispensasi) dengan system jamak dan qosor bagi musafir yang memenuhi syarat
jarak jauhnya berpergian dan bagi orang yang sakit sesuai kemampuannya walaupun
hanya berbaring bahkan hanya isyarat.
Sedangkan
rukun Islam yang disebut zakat adalah ada kaitannya dengan aspek sosial, karena
itu orang muslim dituntut adanya kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, dan
memang orang muslim tidak cukup hanya sholeh pribadi, tapi juga dituntut
kesholehan sosial, sebab hal ini yang langsung menyentuh kehidupan masyarakat. Kita
sebagai orang muslim harus memahami bahwa dalam al-Qur'an sebanyak 82 kali
setiap Allah SWT. berfirman dengan menyebut kata “sholat" selalu
dirangkaikan dengan kata “zakat", ini menjadi isyarat bahwa dua kewajiban
ini perlu mendapat perhatian khusus, terutama dalam upaya menjabarkannya
didalam kehidupan kita Dan zakat merupakan dana umat Islam yang masih terpendam
dan sebuah potensi yang terlupakan sampai saat ini dan masih belum berhasil
digali secara maksimal.
Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari
syari'at zakat, antara lain, yaitu :
1)
mendidik orang kaya agar tidak kikir, disamping itu
untuk membiasakan kaum muslimin bersifat pemurah karena sifat pemurah ini akan
membawa keuntungan, sebgaimana firman Allah dalam Surat Al-Hasyr Ayat 9.
...وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٩
Artinya :
Dan siapa dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang
yang beruntung (al-hasyr ayat 9).
2)
Menyadarkan orang-orang kaya, bahwa harta yang
diperoleh itu adalah amanat dari Allah SWT .
3)
Untuk menolak bencana dan fitnah, menghilangkan
rasa iri hati fakir miskin dan dendam terhadap orang-orang kaya.
4)
Memelihara fakir miskin dari kehinaan dan kepapaan
serta kelaparan
5)
Mewujudkan rasa persaudaraan dikalangan masyarakat
.
6)
Agar harta tidak hanya berputar pada orang-orang
kaya saja, tetapi juga kepada fakir miskin, sehingga terwujudlah program
pemerataan.
7)
Sebagai sumber “Baitul Mal" yang penggunaannya
untuk kemaslahatan umum/bersama
8)
Agar zakat dapat memberi modal kerja bagi para
mustahiq (orang-orang yang berhak menerima zakat) sehingga bisa berusaha untuk
hidup layak dan akhirnya menjadi muzakki (pembayar zakat)
9)
Zakat memberi nilai edukatif dan akan menaikan laju
ekonomi dan pembangunan
10)
Zakat dapat meringankan beban tanggung jawab
pemimpin terhadap umatnya kelak di hadapan Allah Swt.
4.
Prinsip
yang keempat dari ayat 177 Al-baqarah adalah pokok kebajikan yang mencakup
“Sikap hidup" seseorang, yaitu sikap kejujuran, menepati janji bila
berjanji (transaksi). Ini sangat penting dalam kehidupan seseorang, baik dalam
hubungan pribadi maupun dinas, organisasi, internasional, sebab dari sikap
tersebut akan mewujudkan kepercayaan masyarakat, bahkan bangsa-bangsa lain,
sehingga apabila prinsip “menepati janji dan kejujuran” diabaikan artinya tidak
bisa dipenuhi, maka akan timbul krisis kepercayaan, dan hal ini sangat
berbahaya dalam kelangsungan kehidupan suatu bangsa dan sangat berpengaruh
terhadap pemulihan ekonomi suatu bangsa pada khususnya dan umumnya aspek-aspek
lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5.
Prinsip ketabahan, keuletan, kesabaran, memiliki
komitmen diri dalam menghadapi berbagai macam problem, tahan uji dalam
menghadapi peperangan sekalipun.
Demikian lima prinsip yang dapat diambil dari surat Al-baqarah ayat 177 tersebut. Dan bila kita bisa
melaksanakan, maka kita berhak mendapat predikat sebagai golongan yang benar
dan bertaqwa.
Ma'aasyirol Muslimin
rohimakumullah
Kalau tadi kita bicarakan tentang kedudukan manusia
sebagai makhluq Allah yang paling istimewa, maka kehidupan mereka tidak begitu
saja dibiarkan tanpa ada tujuan yang jelas, maka disini kami sampaikan bahwa
tujuan hidup manusia adalah semata-mata untuk ibadah.
Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an Surat
Adzdzariat Ayat 56:
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ
وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
Artinya:
“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-ku.
Berbicara masalah ibadah
secara garis besar dapat dibagi menjadi
dua “ :
1. Ibadah Mahdhah
2. Ibadah ghairu mahdhah
Yang dimaksud Ibadah mahdlah, yaitu ibadah yang
bersifat khusus, yaitu ibadah yang tata cara pelaksanaannya telah diatur
ketentuan-ketentuannya dan tidak boleh dirubah-rubah, contohnya puasa bulan
Ramadhan, sholat lima waktu, dan lain-lain.
Dan yang dimaksud ibadah ghoiru mahdhah adalah ibadah yang bersifat
umum. Artinya ibadah yang tata caranya tidak diatur secara rinci, asalkan
perbuatan itu baik dan benar dengan diniati semata-mata karena Allah SWT . Contohnya seperti
bekerja dikantor, kerja bakti, membantu pihak lain dan
sebagainya.
Ma'aasyirol
muslimin rahimakumullah. ..
Untuk membina diri menjadi mdslim sempurna (kaffah) perlu ada
langkah-langkah sebagai-berikut:
1.
Mempelajari
Islam dan mernahaminya secara mendalam dari sumbernya yaitu Al-Qur'an dengan
penafsirannya, sunnah-sunnah Rasul dan berbagai macam kitab-kitab yang ditulis
oleh para ahli (ulama), misalnya, kitab Fiqih, Aqoid, Tasawuf, Tarikh, akhlak,
dan lain-lain, yang telah terkodifikasi secara rapi.
2.
Mengamalkan
ajaran-ajaran Islam secara konsekwen dan sungguh-sungguh, memiliki komitmen
tinggi dan istiqomah (konsisten) misalnya antara lain dalam melaksanakan
shalat, puasa, taroweh, witir, tadarus Al-Qur'an, shilaturrahmi, sedekah,
infaq, zakat, berjuang, berkorban, da'wah, membangun negara, menjunjung tinggi
nilai-nilai kejujuran, keadilan berusaha menegakkan supermasi hukum, menata
ekonomi secara Islami, dan lain-lain.
3.
Mencintai
Islam dengan sesungguhnya, karena dengan Islam seseorang mendapat nur hidayah
(cahaya petunjuk) yang bisa membimbing kehidupan kearah jalan yang benar,
sehingga memperoleh kebahagiaan yang hakiki baik di dunia maupun di akhirat. Dan seseorang yang
memiliki rasa cinta yang mendalam kepada Islam, pasti mau dan berani berkorban
demi izzul Islam walmuslimin, dan dengan berhasilnya pembinaan serta
pembangunan masyarakat Islam, akan mempunyai dampak yang positif terhadap
pembangunan bangsa dan negara Indonesia, karena umat islam mayoritas di negara
ini, khusunya di Jawa Timur yang menurut statistik di Jawa Timur dengan jumlah
penduduk ± 40 juta, yang menyatakan Islam ± 96, 76 %.
4.
Memperjuangkan Islam, artinya sebagai orang muslim
tidak boleh apriori terhadap permasalahan-permasalahan yang
berkembang disekelilingnya apalagi yang mengancam terhadap pendangkalan
kehidupan beragama dan keselamatan negara. Orang Islam wajib berjuang (jihad)
untuk menegakkan kalimah Allah, menegakkan kebenaran, melenyapkan yang bathil,
selalu amar ma'ruf nahi munkar dimanapun mereka dan didalam posisi kedudukan
apapun tetap dituntut untuk berjuang. Dan berjuang itu termasuk salah satu
syarat seseorang akan bisa masuk surga. Hal ini sebagaimana yang telah
difirmankan oleh Allah SWT dalam 'Al-Qur'an Surat
Ali Imron Ayat 142 sebagai berikut:
أَمۡ
حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَعۡلَمِ ٱللَّهُ
ٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ مِنكُمۡ وَيَعۡلَمَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٤٢
Artinya:
“ Apakah kamu mengira bahwa
kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad
diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar (Al-Imron ayat 142) “.
Pengertian
jihad di sini ialah:
a.
Berjuang untuk menegakkan islam dan melindungi
orang-orang Islam, atau berperang dengan memanggul senjata apabila ada pihak
musuh yang menyerang berusaha menghancurkan islam dan keselamatan negara
seperti negara kita Indonesia ini.
b.
Memerangi hawa nafsu.
c.
Mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan
umat Islam.
d.
membrantas
yang bathil dan menegakkan yang haq.
5.
membela
dan membentengi Islam, dengan cara mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam,
pondok pesantren, memperkuat jam’iyah-jam’iyah keagamaan dalam islam,
mendirikan lembaga-lembaga sosial, lembaga-lembaga zakat, memabngun
masjid-masjid, terutama di daerah-daerah yang kurang mampu dan perlu juga
membangun masjid sebagai kebanggaan Islam, seperti masjid Nasional Al-akbar
Surabaya, dimana Masjid tersebut secara fisik merupakan masjid yang sangat
megah indah dengan arsitektur moderen, tapi jangan hanya bangga dengan melihat
kemegahan bangunannya saja, tetapi terutama adalah pengisiannya, sehingga dari
masjid bisa memberi andil yang sangat besar dalam upaya pembinaan umat Islam di
Jawa Timur, khususnya Surabaya, karena itu harus ada aktifitas yang bisa
menampung terhadap keinginan umat Islam di Jawa Timur.
6.
Berusaha
terus menerus untuk meningkatkan Iman dan taqwa dalam arti berupaya
menjabarkannya dalam kontek kehidupan kita, baik sebagai pribadi anggota
masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka mengerti tentang
kewajiban pribadi (wajibah syaksyiyah), kewajiban agama (wajibah diniyah),
kewajiban keluarga (wajibah ahliyah) kewajiban sosial kemasyarakatan (Wajibah
ijtima'iyyah) dan kewajiban sebagai bangsa dalam ikatan nasional suatu negara
(Wajibah wathoniyah)
Ma'aasyiral muslimin rahimakumullah
Bila manusia mempunyai komitmen diri dengan cara
mau mengambil langkah-langkah seperti yang telah dijelaskan tersebut diatas,
berarti ia menuju kepada perjalanan kembali kepada fithrah, artinya kembali
kepada agama, dimana agama sebagai kebutuhan hidup dan memang seseorang apabila
dikehendaki oleh Allah Swt. Untuk menjadikan orang yang baik, maka dia diberi
pengertian dalam urusan agama. Dalam hal ini rasulullah Muhammad Saw bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
(رواه البخاري)
Artinya:
“ Barang siapa yang Allah menghendaki terhadap seseorang agar menjadi
baik, maka Allah memberi pengertian kepadanya dalam urusan
agama (HR Al-Bukhari) “.
Dan sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat Ar-Ruum ayat 30 yang tadi telah kita bahas
sebagai landasan khutbah ini.
Berbicara soal agama, maka agama harus menjadi landasan awal sebelum
berlandaskan kepada yang lain. Agama jangan ditarik-tarik dan jangan dipaksakan
untuk melegitimasi terhadap kepentingan tertentu, padahal kepentingan tertentu
tersebut bertentangan dengan jiwa agama. Agama (dienul Islam) disini
ditempatkan pada kedudukan tertinggi, sehingga setiap ada problematika,
peristiwa krisis, baik bagi pribadi. keluarga, masyarakat, bangsa dan negara
hendaklah dipulangkan (dikembalikan) kepada Addien (dienul Islam). Hal ini bisa kita baca
dalam ayat yang lain, misalnya surat al-Baqarah ayat 155-156
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ
ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ
وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٥ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦
Artinya:
“ Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar. (155), (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"(156) “.
Kalimat INNAA LILLAAHI WAINNAA ILAIHI ROOJI'UUN
adalah disebut kalimat “istijaa" (pernyataan kembali kepada Allah),
disunnatkan menyebutnya waktu ditimpa mara bahaya, baik besar maupun kecil dan
yang paling penting lagi adalah memahami makna kandungannya, artinya kita ini
semua milik Allah dan kita semua akan kembali, dan semua persoalan harus
dikembalikan kepada Allah. Ini berarti kita harus kembali kepada agama. Untuk
memantapkan pembahasan, disini kiranya perlu dikemukakan hadits Rasulullah Saw,
riwayat Ibnu Abbas, sbb :
وَقَالَ
رَسُوْلُ الّلهِ ﷺ لِابْنِ مسعود : اِنْ يُدْفَعْ عَنْ عُمْرِكَ فَسَيَأ تِيْكَ
زَمَانٌ كَثِيْرٌ خُطَبَاؤُهُ قَلِيْلٌ عُلَمَاؤُهُ كَثِيْرٌ سُؤَّالُهُ قَلِيْلٌ
مُعْطُوْهُ اَلْهَوَى قَائِدُاِلْعِلْمِ قَالَ مَتَى ذَالِكَ يَارَسُوْلَ الّلهِ,
قَالَ اِذَا اُمِيْتَتِ الصَّلَوةُ وَقُبِلَتِ الرِّشْوَةُ وَكَثْرَةُ الشُّرَاطُ
وَيُبَاعُ الدِّيْنُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا قَلِيْلٍ فَالنَّجَاءَ ثُمَّ
النَّجَاءَ وَيْحَكَ ثُمَّ النَّجَاءَ (منهاج العابدين)
Artinya:
“ Bersabda Rasulullah kepada
sahabat Ibnu Mas’ud, “ hai Ibnu Ibnu Mas’ud apabila kamu mendapatkan umur yang
panjang, kamu akan mendapati suatu zaman; zaman itu banyak orang yang ahli
pidato, tetapi sedikit yang menjadi Ulama, banyak orang yang meminta-minta,
tetapi sedikit yang mau memberi, hawa nafsu memimpin atau mengendalikan ilmu
pengetahuan; Ibnu Abbas bertanya “kapan itu terjadi ya rasulullah? Nabi
Muhammad menjawab, yaitu ketika sholat jiwanya mati, suapan, sogooan (kolusi)
diterima dan membudaya dan banyak polisi (tim-tim keamanan tapi tidak bisa aman,
karena manusianya akhlaqnya jelek). Dan agama dijual dengan harga dunia yang
murah, maka pada saat/kondisi seperti itu, kamu wahai ibu Abbas hendaklah
mencari keselamatan, kemudian carilah keselamatan (sampai tiga kali Rasulullah
mengulang kata-kata carilah keselamatan), ini menunjukkan saking gawatnya
situasi itu “.
Keselamatan itu tiada lain adalah kembali kepada agama, yakni
dienul Islam,
Ma'aasyiral muslimin rahimakumullah
Dalam rangka memantapkan kehidupan umat beragama di
negara kita Indonesia, marilah kita laksanakan konsep tri kerukunan, yaitu
kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama dan kerukunan
antar umat beragama dengan pemerintah. Apabila konsep ini dilaksanakan dengan
baik, maka terwujudlah kerukunan nasional, sehingga tidak mungkin terjadi
kasus-kasus pembantaian di negeri ini, namun perlu dipahami, yang dirukunkan
adalah umatnya, orang-orangnya, dalam persoalan-persoalan duniawi, sedangkan
tentang ajaran agama (ritual agama) tidak boleh dicampur adukkan (pluralisme
agama), tapi kita setuju dalam perbedaan (lakumdiinukum waliyadiin)
Kemudian khusus bagi umat Islam saat ini harus
benar-benar lebih meningkatkan ukhuwah Islamiyah, karena dengan terwujudnya
ukhuwah Islamiyah yang mantap, umat Islam memiliki power, dan hal ini akan
sangat menentukan terhadap stabilitas nasional di negara kita.
Sebuah ungkapan hikmah menyebutkan:
لاَغَلَبَةَ اِلاَّ بِالْقُوَّة ولا قوة الاَّ بِالْاِتِّحَادِ
وَلاَ اِتِّحَاد الَّا بِالْفَضَائِلَ ولا فضائل اِلَّا بِالدِّيْنِ.
Artinya:
“ Tidak ada kemenangan kecuali dengan kekuatan (power), dan tidak
ada kekuatan kecuali dengan persatuan, dan tidak mungkin bisa diwujudkan
persatuan kecuali dengan menegakkan prinsip-prinsip keutamaan, dan tidak ada
namanya prinsip-prinsip keutamaan kecuali kembali atau diperoleh dari agama (dienul Islam) “.
Ma'aasyiral muslimin rahimakumullah
Mengakhiri khutbah ini saya ingin mengajak kepada
para jama’ah kaum muslimin muslimat agar bisa mengambil hikmah pelajaran ibadah
puasa bulan Ramadhan dan Iedul Fithri secara maksimal dalam rangka membina
pribadi muslim paripurna dan kembali kepada fithrah, lebih-lebih saat ini kita memasuki
milinium baru/ketiga (globalisasi, dimana umat Islam menghadap
tantangan-tantangan yang sangat berat).
Dalam hal
ini umat Islam tidak boleh kehilangan pegangan. Allah SWT berfirman dalam surat
Ali Imron ayat 139-140.
وَلَا تَهِنُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن
كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ١٣٩ إِن يَمۡسَسۡكُمۡ قَرۡحٞ فَقَدۡ مَسَّ ٱلۡقَوۡمَ قَرۡحٞ
مِّثۡلُهُۥۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيۡنَ ٱلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ
ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَيَتَّخِذَ مِنكُمۡ شُهَدَآءَۗ وَٱللَّهُ لَا
يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٤٠
Artinya:
“ Janganlah kamu bersikap
lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang
yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman (139), jika
kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun
(pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan
kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) supaya sebagian kamu
dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. dan Allah tidak menyukai orang-orang
yang zalim (140 “),
Dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut kita harus memiliki
komitmen diri dengan meningkatkan Iman dan Taqwa, sebab dengan Iman dan Taqwa
semua masalah dapat dipecahkan. Dan mendapat jalan keluar dengan
sebaik-baiknya.
Hadirin
Ø Marilah kita berdo'a mudah-mudahan seluruh amal
kita diterima Allah SWT
Ø Semoga Ramadlan dan Idul Fithri tahun ini menjadi
moment penting dalam rangka mewujudkan Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Insaniyah,
Ukhuwah Basyariyah dan Ukhuwan Wathoniyah, sehingga gejala disintegrasi bangsa
segera dapat diatasi
Ø Semoga negara yang tercinta (Indonesia) yang
berfalsafah Pancasila yang saat ini sedang menghadapi segala macam krisis dapat
segera diatasi
Ø Semoga mereka yang mempunyai profesi tindak
kejahatan, Profokator dan sebagainya mau menyadari bahwa perbuatan mereka
adalah salah, kemudian mau menghentikannya, dan semoga mereka memperoleh
hidayah dari Allah SWT.
Ø Marilah kita melaksanakan silaturrahmi, halal bi
halal dalam rangka menghapus dosa-dosa pribadi kita dengan sesama, marilah kita
hilangkan benih permusuhan, perpecahan diantara kita, sehingga hari ini dan
seterusnya dapat diwujudkan hubungan yang harmonis, yakni Hablum minallah dan
Hablum Minannaas.
Ingat firman Allah dalam al-Qur'an surat Ali Imron
ayat 133-134
وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ
عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ ١٣٣ ٱلَّذِينَ
يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ
وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٣٤
Artinya:
“ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (133). (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan(134) “.
جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ اْلفَائِزِيْنَ
المَقْبُولِين وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ المتقين وَاَقُوْلُ
قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ الله لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِروْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar