Search

Kamis, 23 Agustus 2018

shalat ID Campur Laki-Perempuan, MUI Mengadakan Rapat Koordinasi Dengan Yayasan Takmir Masjid Agung Asy-syuhada

Menyikapi Pemberitaan Tentang Bercampurnya Jamaah Laki-Laki Dengan Perempuan Pada Saat Shalat Id
(Di Kantor Yayasan Takmir Masjid Agung. 23/08/2018)


Hari raya idul fitri dan hari raya idul adha merupakan hari kemenangan yang dirayakan oleh kaum muslimin diseluruh penjuru dunia sekalipun terkadang waktu perayaannya berbeda yang disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penetapan awal bulan ada menetapkan awal bulan dengan rukyatul hilal ada pula dengan hisab dan hal ini merupakan perbedaan faham yang tidak perlu dipermasalahkan.
Pada penetapan awal bulan dzulhijjah dan hari raya idul adha 1439 H ada perbedaan antara Indonesia dengan arab Saudi Arabia dan beberapa Negara lainya, kemudia timbul pertanyaan dari sebagian masyarakat, “bagaimana dengan Indonesia, apa tidak mau ikut mekkah (idul adha)..?”
Berdasarkan rukyatul hilal yang dilakukan oleh team rukyat bahwa pada tanggal 12 agustus 2018 mereka telah berhasil melihat bulan sehingga ditetapkanlah awal bulan dzulhijjah dan hari raya idul adha tepat tanggal 22 Agustus 2018, dan yang dipakai dalam hal ini adalah Wilayatul Hukmi.
Pelaksanaan hari raya idul adha maupun idul fitri harus dilaksanakan dengan penuh rasa gembira, gembira karena kita sudah menang melawan hawa nafsu sehingga kita bisa menjadi peribadi-peribadi yang baik. Pada pelaksanaan shalat idul adha tentunya jamaah laki-laki dengan jamaah perempuan harus berpisah tidak bercampur antara jamaah laki-laki dengan jamaah perempuan demi kesempurnaan shalat.
“cara shalat campur antara laki-laki dan perempuan sebagaimana jamaah di masjid Asy-syuhada yang merupakan masjid terbesar di kabupaten yang menerapkan syariat islam itu, sudah dianggap wajar oleh para tokoh agama dan dosen Perguruan Tinggi Agama Islam setempat”
Penggalan tulisan diatas saya ambil dari sebuah postingan dengan judul “Di Madura, Laki-Perempuan Biasa Shalat Campur Seperti Ini” yang ditulis oleh salah satu media pada 22/08/2018.
Yayasan Takmir Masjid Agung Asy-Syuhada selaku pelaksana sudah mempersiapkan maksimal demi kesempurnaan shalat Id, baik itu shalat idul fitri maupun shalat idul ahda. Persiapan atau upaya Yayasan Takmir Masjid Agung Asy-Syuhada dalam pelaksanaan shalat Id sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Umum Drs. H. RP. Abd. Mukti. M.SI pada saat rapat koordinasi MUI dengan Yayasan Takmir Masjid Agung Asy-Syuhada 23/08/2018 di kantor yayasan dia mengatakan ;
“kami sudah berkoordinasi dengan pemda dan meminta pihak kepolisian untuk membantu dalam pelaksanaan shalat Id, namun pihak kepolisian tidak menyanggupi, karena keterbatasan personil yang dimiliki. Dan kami sudah memberikan rambu-rambu atau batas pemisah antara jamaah laki-laki dengan jamaah perempuan dan menggerakkan Remaja Masjid supaya mengarahkan jamaah untuk tidak bercampur antara jamaah laki-laki dengan jamaah perempuan, namun hal ini tidak diikuti oleh jamaah dengan alasan satu keluarga bahkan ada yang menyangkal bahwa “di mekkah saja bercampur laki-laki dengan perempuan”, sehingga kami tidak bisa memaksa. Dan yang bercampur antara jamaah laki-laki dengan jamaah perempuan itu diareal arek lancor saja, sedangkan di masjid sampai areal parkir tidak. Dan rata-rata mereka yang bergabung laki-laki dengan perempuan itu adalah jamaah yang datang dari luar kecamatan kota dan orang-orang yang kebetulan pulang kampong ingin shalat  Id di Masjid Agung dan datang terlambat karena jam 06.00 shalat id sudah dimulai”
Pak Mukti juga mengharap supaya untuk tahun selanjutnya ada dari pihak kepolisian yang membantu, karena kalo hanya Remaja Masjid yang mengarahkan cendrung tidak diendahkan oleh jamaah.
Dalam rapat koordinasi tersebut juga hadir KH. Ali Rahbini Abd Latif (Ketua MUI Kabupaten Pamekasan), beliau menegaskan bahwa “Di Mekkah pelaksanaan shalat Id bukan tidak diatur, yang tidak bisa diatur itu hanya pada saat ibadah haji (thawaf), setelah itu palaksanaan ibadah termasuk shalat Id diatur, jamaah laki-laki dengan jamaah perempuan dipisah.” Kemudian beliau menyarankan untuk tahun selanjutnya supaya persipan lebih maksimal, pertemuan dengan Pemda, TNI-POLRI dan Ormas supaya diagendakan untuk mengadakan koordinasi tentang persiapan shalat Id.
Yang menjadi kendala dalam pemasangan rambu-rambu atau pembatas sebagaimana disampaikan oleh KH. Ach. Hadari (ketua III. Bidang Sosial dan Keagamaan Masjid Agung Asy-syuhada) “kendala juga bagi kami dalam memasang rambu-rambu karena kami memasangnya pada malam hari, yaitu tidak sterilnya areal arek lancor pada malam hari raya, samapai jam 22.00 terkadang masih ramai dengan para penjual, sehingga kita baru biasa bekerja setelah itu, sehingga perlu kiranya upaya pemda untuk mensterilkan areal arek lancor pada malam hari raya.”
Yayasan Takmir Masjid Agung Asy-syuhada Pamekasan sudah berupaya maksimal supa shalat id dapat dilaksanakan dengan tertib. Peta koordinasi shalat Id-pun dibuat untuk mempermudah dalam mengatur dan mengarahkan jamaah untuk tidak becampur antara laki-laki dengan perempuan, namun ternyata himbauan dari temen-temen Rmaja Masjid yang bertugas untuk mengarahkan jamaah tidak diikuti oleh jamaah dengan alasan ingin berkumpul satu keluarga. “Mangan Ora Mangan Sing Penting Ngumpul” begitulah pepatah jawa berkata.


Oleh: Nadir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar